Searching...
Select a Page
Friday

image

 

                                         Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an
 

yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok, (18)

Ash-sfuiurartmya 'sangkakala'. Kita tidak mengeta-hui nama lain selain itu. Kita tidak mengetahui kecuali akan ditiup. Kita tidak perlu menyibukkan dii untuk memikirkan bagaimana caranya. Karena, memikirkan cara peniupannya itu tidak akan me-nambah keimanan kita dan tidak ada pengaruhnya terhadap peistiwa itu. Allah telah memelihara potensi kita agar idak kita gunakan secara sewenang-wenang untuk membicarakan apa yang ada di balik perkara gaib yang tersembunyi ini. Dia telah memberikan kepada kita ukuran tertentu yang bermanfaat bagi kita, sehingga kita tidak menambah-nambahnya.

Kita hanya membayangkan tiupan sangkakala yang membangkitkan dan mengumpulkan manusia untuk datang berkelompok-kelompok. Kita bayang-kan pemandangan ini dan manusia-manusia yang telah hilang jai dii dan sosoknya dai generasi demi generasi, dan meninggalkan permukaan bumi untuk ditempati oleh orang-orang yang datang sesudahnya agar tidak menjadi sempit bagi mereka permukaan bumi yang terbatas ini.

Kita bayangkan pemandangan yang berupa ma-nusia secara keseluruhan (sejak manusia pertama hingga manusia terakhir) bangun dan berdii ,  lalu datang berbondong-bondong dai setiap lembah menuju ke tempat mereka dikumpulkan. Kita bayang-kan kubur-kubur yang berserakan dan manusia-manusia yang bangun darinya. Kita bayangkan se-muaijya berkumpul menjadi satu dan keika itu yang pertama tidak mengenal yang belakangan.

Kita bayangkan ketakutan yang ditimbulkan oleh berkumpulnya manusia sedemikian rupa yang idak pernah terjadi semua manusia berkumpul dalam satu waktu seperti yang terjadi pada hai ini. Di mana? Kita tidak tahu. Karena, di alam yang kita ketahui pernah terjadi berbagai peistiwa dan hal-hal me-nakutkan yang bersitat isik itu,  telah terjadi perubah-an luar biasa.

 

                                         Hamka dalam Tafsir Al - Azhar
 

“Sesungguhnya Hari Keputusan itu adalah satu waktu yang telah ditetapkan.” (ayat 17).

Hari Keputusan itu ialah Hari Kiamat, dan waktunya telah ditentukan di dalam ketentuan Allah, tidak dikurangi dan tidak ditambah dan tidak pula ada yang mengetahui bila hal itu akan terjadi, selain dari Allah sendiri.

“(Yaitu) hari yang akan ditiup padanya serunai sangkakala.” (pangkal ayat 8).

Bertemulah beberapa ayat di dalam Al-Qur’an tentang serunai sangkakala, atau terompet atau nafiri atau apa yang dinamai tetuang yang bila ditiup akan kedengaran melengking keras suaranya. Serunai itulah pemberitahuan bahwa Hari Keputusan itu telah mulai datang:

“Maka akan datanglah kamu berduyun-duyun.” (ujung ayat 18).

Dengan demikian jelaslah bahwa tiupan serunai pertama itu adalah panggilan untuk berkumpul, sehingga datanglah manusia berduyun-duyun, rombongan demi rombongan.

Tentang tiupan serunai sangkakala itu Syaikh Muhammad Abduh menulis

“Tiupan dalam tafsirnya: Tiupan pada serunai tersebut adalah suatu ibarat bagaimana Allah membangunkan manusia daripada mautnya di hari kiamat itu kelak, yang dapat diambil perumpamaan yang cepat ialah tiupan bunyi terompet, sebagaimana tersebut pada ayat 68 Surat 39, Az-Zumar, demi mendengar bunyi terompet itu mereka pun bangunlah lalu memandang ke sana ke mari dalam kehidupan yang baru. Dan kita pun wajiblah percaya bahwa meniup serunai itu memang akan kejadian, dengan tidak perlu kita kaji pula bagaimana cara penghembusan atau peniupan itu dan apa barangnya.”

Datanglah manusia berduyun-duyun berbondong-bondong ke tempat berkumpul yang dinamai mahsyar itu, tempat memperhitungkan amal dan usaha semasa hidup.

Keadaan pada waktu peniupan serunai sangkakala itu sudah lain:

“Dan akan dibukakan langit, maka jadilah dia beberapa pintu.” (ayat 19).

 

                                         Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir
 

yaitu hari (yang pada waktu itu) ditiup sangkakala lalu kamu datang berkelompok-kelompok, (18)

Mujahid mengatakan: "Berkelompok-kelompok.' Ibnu Jarir mengemukakan:  " Yakni, masing-masing ummat datang bersama Rasulnya sendiri-sendiri. "  Yang demikian itu sama seperti firman-Nya:

(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya; (Al-Isra’ : 71)

 

                                         Tafsir Jalalain
 

018. (Yaitu hari ditiup sangkakala) menjadi Badal dari lafal Yaumal Fashl; atau merupakan Bayan daripadanya; yang meniupnya adalah malaikat Israfil (lalu kalian datang) dari kuburan kalian menuju ke Mauqif atau tempat penantian (berkelompok-kelompok) secara bergelombang yang masing-masing gelombang berbeda dari gelombang yang lainnya.

Ayat yang lain :

0 komentar:

Post a Comment

« »
Get widget