Searching...
Select a Page
Friday

sajadah2

Kita semua tau tentang makna sekularisme. Yah, tak usah dibahas lebih lanjut mengenai definisinya. Ehm. Jadi beberapa hari yang lalu, lagi2 saya bertemu dengan orang luar biasa. Sebut saja DR. Arif Munandar, yang dengan bersemangat melantangkan gagasan dan wawasannya tentang karakter manusia secara global. Khususnya dari sisi dunia Islam.

Rasanya saya mencatat banyak hal yang ingin saya bagi.

"Coba bayangkan Anda hendak melakukan shalat. Apa yang pertama2 akan Anda lakukan?"

Kira-kira begitu saat beliau membuka topik baru. Satu dari berbagai ide luar biasa yang beliau sampaikan.

"Anda akan berwudhu, kan? mulai dengan niat, lalu berwudhu, lalu shalat, juga dimulai dengan niat, takbiratul ihram sampai salam..
Nah, apa yang Anda lakukan saat sepersekian detik diakhir salam, ternyata Anda tak sengaja buang angin?"

Kami menjawab dengan mantap: “Ulangi lagiii!”

"Benar. Anda akan mengulangi seluruh rangkaiannya. Dimulai dari wudhu, dengan niatnya, lalu shalat. Kembali dari niat sampai salam.
Tidak ada excuse.
Lantas, di luar shalat apakah Anda akan melakukan hal yang sama?
Di saat Anda menemukan jalan buntu, sebuah kegagalan, apakah Anda rela untuk kembali melakukan semuanya mulai dari awal tanpa harus mencari2 alasan?
Bedakah ia dari shalat Anda?
Jika shalat adalah kegiatan ibadah yang menghubungkan Anda dengan Allah, apakah kegiatan di luar itu tak ada hubungannya dengan Allah?"

Suasana sekejap hening dan kami diam terpukau. Atau tertampar. Keras.

Dari pertanyaan tersebut, beliau menyadarkan saya tentang satu hal yang sering kita lupakan. Bahwa hubungan kita dengan Allah tidak hanya sekedar ada di sepetak sajadah yang akan terputus ketika sajadah digulung. Kita begitu saja mau mengulang kembali shalat kita dari awal tanpa meminta excuse.

Yah, semacam tidak ada kata2: "Ya Allah, tanggung nih tinggal salam doang.."
Pun itu berlaku untuk hubungan kita dengan makhluk-Nya, melingkupi seluruh kegiatan. Menyeluruh. Tidak setengah-setengah. No excuse, jangan cari-cari alasan.

Kita sering kali melihat sekularisme sebagai pemisah agama dari kehidupan dunia. Terkadang kita lupa bahwa ia bisa jadi mengupas lapisan dunia dari kehidupan agama kita.

*Islam itu syumul. Kaffah. Yuk sama-sama belajar! Heheh*

*Afifah

0 komentar:

Post a Comment

« »
Get widget