Searching...
Select a Page
Tuesday


Tahun ini Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah dalam sebuah perhelatan besar yang melibatkan wanita-wanita cantik dari seluruh dunia. Sebuah event dan yang lebih tepatnya adalah sebuah “kontes kecantikan” yang menyuguhkan kecantikan dan kemolekan tubuh dari para wanita peserta Miss World dan yang nantinya akan di per-tanding-kan dengan penilaian yang selalu di opini kan yakni 3B (Body, Brain and Behaviour). Tiap kontestan haruslah memenuhi 3 kriteria itu, dan yang paling menonjol adalah “Body”, jadi bukan Brain ataupun Behaviour. Sekarang dapat kita tarik kesimpulan dari berbagai kontes kecantikan yang ada diseluruh dunia, adakah para peserta itu yang tidak cantik wajahnya dan tidak “bagus” bentuk tubuhnya?

Sebenarnya dengan diadakannya kontes seperti ini, secara tidak langsung telah menanamkan mindset atau pemikiran bahwa apabila ingin menjadi wanita yang “menarik” adalah harus cantik secara fisik dulu. Yakni wajah yang cantik, kulit yang bersih dan mulus, bentuk tubuh yang sexy, rambut yang indah, pakaian dan aksesories yang mahal dan masih banyak lainnya. Lalu bagaimana dengan para wanita yang kurang beruntung tidak memiliki criteria tersebut diatas? Berarti apakah mereka tidak menarik?

Dengan diadakannya Miss World di Indonesia ini sebenarnya tidak lebih dari ajang untuk promo iklan dan sponsor. Bagaimana tidak, tentu kita bisa melihat sendiri bahwa acara Miss Universe yang dulu pernah diadakan pun ada banyak sekali sponsor yang muncul di layar televisi. Dari iklan produk kecantikan, fashion, perhiasan dan segudang iklan lainnya yang ini menunjukkan bahwa dengan diadakannya kontes seperti ini adalah sebagai ajang untuk pemasaran suatu produk atau lebih tepatnya sebagai lahan basah untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Dan sudah pasti yang diuntungkan adalah para kaum kapitalis atau kaum pemilik modal.

Lalu bagaimana dengan kita? Adakah kita ikut merasakan keuntungan yang diraup oleh para kaum pemilik modal tersebut? Kita semua sudah tahu apa jawabannya. Kita yang adalah sebagai penonton saja seperti dijejali berbagai macam iklan produk yang ingin dibeli oleh kita. Mungkin bagi kebanyakan kaum hawa mereka sudah pasti tertarik jika melihat para kontestan Miss World terlihat begitu cantik dan menarik dipandang oleh mata. Dan pastinya manusiawi jika kaum hawa tertarik ingin bisa terlihat cantik dan menarik juga seperti mereka.

Lalu apa bedanya kontes ini dengan salah satu cara pemasaran “produk”? dan itu berarti pula bahwa para kontestan tidak jauh beda hanyalah sebagai Sales Promotion Girl alias SPG. Yang di dandani sedemikian rupa agar terlihat cantik dan menarik dan dipersiapkan untuk menarik para pembeli demi mencapai target penjualan dan meraup keuntungan sebanyak-banyaknya.

Selain itu juga pesan dibalik kontes kecantikan ini tidak lain adalah gaya hidup materialism, hedonis dan kebebasan berekspresi yang “kebablasan”, bagaimana tidak disebut sebagai kebebasan yang kebablasan jika salah satu penilaian dari kontes ini adalah harus memperlihatkan bentuk tubuhnya dan bisa dibilang “harus-hampir-telanjang” dulu, dan ironisnya para peserta tidak merasa keberatan sedikitpun.

Lalu bagaimana dengan penilaian sebagian orang bahwa kontes ini adalah salah satu cara untuk mempromosikan Indonesia dari segi kebudayaan dan pariwisata? Sebenarnya ada yang aneh dengan pernyataan ini, karena sebenarnya yang lebih banyak mempromosikan dan kebudayaan yang lebih banyak diterima dan di gunakan adalah kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia, bukannya kebudayaan dengan adat ketimuran milik Indonesia yang diterima dan digunakan oleh orang-orang asing itu. Jadi sudah terlihat bodohnya, dan ini adalah salah satu cara westernisasi yang dilakukan oleh barat untuk Indonesia. Bukankah ini sama juga dengan penjajahan .

Tidakkah kita berpikir bagaimana masa depan putra putri negeri ini jika terus menerus dijejali dengan kebudayaan seperti ini. Akan semakin majukah atau semakin terpuruk? Sementara itu sudah jelas negara pengusung kebebasan itu sendiripun sudah sekarat dengan paham kebebasan yang diagungkan. Moral mereka sudah rusak parah dan banyak orang “sakit” akibat paham kebebasan ini. Apakah kita tidak bisa melihat realita yang sesungguhnya bagaimana sisi negative negara-negara barat itu dengan paham kebebasannya yang kini mereka terpuruk karenanya. Lalu masih maukah kita menerima ide-ide yang merusak seperti ini?

Oleh : Kompasianer - Ratna Kartika
03 Sep 2013

0 komentar:

Post a Comment

:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

« »
Get widget