gaulislam.com. Sobat gaulislam, tahu nggak tanggal 1 Desember itu diperingati sebagai hari apa? Yup, kamu pintar! Benar sekali, sebagai hari AIDS sedunia. AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome sendiri adalah sekumpulan gejala penyakit yang oleh timbul karena turunnya kekebalan tubuh akibat infeksi HIV. HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, transfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi, juga dapat ditularkan antara ibu kepada bayinya selama kehamilan, persalinan atau menyusui. Tapi, mayoritas kasus HIV di Indonesia disebabkan oleh hubungan seksual akibat perilaku seks bebas. Nah, waspadalah!
Pada pertengahan 2010, Kemenkes melaporkan bahwa di Indonesia kasus AIDS positif mencapai 21.770 jiwa dan kasus HIV positif mencapai 47.157 jiwa. Sedihnya sebanyak 48,1 persen kasus ini dialami oleh usia 20-29 tahun dan 30,9 persen diidap oleh usia 30-39 tahun.
Nggak bisa dipungkiri lho, tingginya angka penderita HIV/AIDS di kalangan remaja, sebanding dengan maraknya pergaulan bebas. Menurut Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN), bila tahun-tahun sebelumnya penyebab utama HIV/AIDS adalah narkoba suntik, sekarang ini telah bergeser ke perilaku seks bebas dengan proporsi sekitar 55 persen. Padahal, diketahui bahwa pelaku seks bebas sebagiannya adalah remaja.
Peran pemerintah
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, sebenarnya pemerintah terus berupaya melakukan pencegahan penularan HIV/AIDS. Misalnya turut mengusung gagasan pencegahan HIV/AIDS yang bersumber dari UNAIDS (United Nation Acquired Immune Deficiency Syndrome) dan WHO melalui PBB, yaitu melakukan kampanye pencegahan HIV/AIDS. Dalam kampanye tersebut ada istilah ABCD, yakni A=Abstinence alias jangan berhubungan seks; B=Be faithfull alias setialah pada pasangan, C= Condom alias pakailah kondom, D=no use Drugs atau hindari obat-obatan narkotika.
Kelihatannya sih bagus, tapi anehnya di satu sisi melarang berhubungan seks, sisi lain kok malah nganjurin program kondom. Padahal, orang bodoh juga tahu ya, menyodorkan kondom sama aja menyuburkan seks bebas. Apalagi, faktanya kondom justru dibagi-bagikan gratis di lokasi-lokasi prostitusi, hotel dan tempat-tempat hiburan yang rentan terjadinya transaksi seks. Bahaya, seks bebas merajalela!
Pemerintah juga melakukan sejumlah program dalam mengatasi HIV/AIDS. Program itu antara lain adalah, menambah jumlah layanan Konseling dan Tes HIV Sukarela, layanan PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan), layanan PTRM (Program Terapi Rumatan Metadon), layanan IMS (Infeksi Menular Seksual), layanan PPIA (Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak), serta layanan kolaborasi TB-HIV, mengingat Tuberculosis (TB) merupakan penyakit yang sering menyerang orang yang terkena infeksi HIV dan bisa nyebar ke bagian tubuh lainnya.
Sobat gaulislam, sebenarnya memang banyak upaya yang telah dilakukan pemerintah dan PBB. Tapi sayang, nggak ada satupun program dan solusi yang ditawarkan memberantas faktor penyebab utama penyebaran virus ini. Buktinya, materi dan sosialisasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) juga bermasalah karena seks bebas dibiarin. Padahal, akar masalahnya terletak pada pergaulan bebas yang merajalela.
Remaja dikepung maksiat
Salah satu ciri yang menonjol dari sistem demokrasi adalah kebebasan. Kebebasan apa saja? Kebebasan berpendapat, berekspresi hingga kebebasan berperilaku dijamin negara. Hasilnya, coba perhatikan kondisi teman-teman remaja saat ini. Hidup kita didominasi permisifisme, hedonisme dan ujung-ujungnya jadi liberal. Belum selesai kasus narkoba, muncul kasus tawuran. Belum kelar masalah tawuran, muncul video mesum anak SMP. Astagfirullah, remaja benar-benar dikepung maksiat.
Dalam sistem kehidupan sekuler liberal saat ini, kebebasan berperilaku begitu diagung-agungkan. Negara nggak punya nyali mengatur warga negaranya karena momok demokrasi yang mengharuskan untuk menampung semua kepentingan kelompok, termasuk kelompok para kapitalis dan liberalis. So, wajar kalau benar dan salah jadi kabur, halal-haram nggak bisa dibedain. Sistem seperti ini pun ngajak-ngajak ‘orang baik’ untuk berbuat maksiat dan pelaku maksiat semakin kuat.
Bro en Sis, sebenarnya dalam diri manusia emang udah dianugerahi naluri berupa dorongan seksual terhadap lawan jenis. But, sebagaimana naluri lainnya, naluri ini nggak akan bangkit kalau nggak ada rangsangan dari luar. Nah yang memprihatinkan, rangsangan seksual justru terus memborbardir remaja melalui berbagai media. Ratusan situs porno bisa dibuka oleh remaja kapan saja. Tayangan televisi mengumbar aurat dan mempertontonkan pasangan cowok cewek beradegan mesra. Lagu-lagu bersyair romantis dan mengagungkan lawan jenis. So, remaja yang serba ingin tahulah yang terkena imbasnya.
Kondisi ini sangat memprihatinkan. Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala dalam surat ar-Rum ayat 41: “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).”
Berdasarkan ayat di atas, pergaulan bebas yang terjadi di kalangan remaja memang bagian dari kerusakan di muka bumi. Terbukti dengan tingginya angka HIV/AIDS serta angka kematian ibu dan janin akibat aborsi serta penyakit menular. Jika diibaratkan penyakit, kerusakan di muka bumi ini udah masuk kategori akut. Itu sebabnya, agar nggak terjadi kerusakan yang lebih parah, maka persoalan pergaulan bebas itu wajib mendapat solusi yang tuntas.
Islam solusi ampuh
Islam punya cara jitu atasi gaul bebas dan cegah HIV/AIDS. Penanaman nilai-nilai Islam tentu menjadi syarat utama untuk menumbuhkan sikap imun (kebal) terhadap semua bentuk serangan kemaksiatan. Melalui pembinaan akidah dan hukum-hukum Islam, remaja akan mampu mengatur perilakunya agar nggak terjerumus pada pergaulan bebas.
Sobat gaulislam, sebenarnya ada banyak prinsip aturan sosial dalam Islam, yang menghindarkan masyarakat khususnya remaja dari fenomena pergaulan bebas. Menurut Islam, hukum asal pergaulan antara cowok dan cewek adalah terpisah. Mereka boleh ada interaksi sebatas keperluan yang dibenarkan oleh syara’. Keperluan itu bisa dalam hal pendidikan, peradilan, jual-beli, ibadah haji. Tapi itu pun hanya sebatas keperluan itu aja. Kalo udah kelar keperluannya, maka kembali ke hukum asalnya, yaitu terpisah. Jadi nggak ada tuh acara pulang bareng, makan bareng, pacaran.
Islam juga mengatur pemisahan antara kehidupan umum dan kehidupan khusus. Kehidupan umum adalah suatu tempat dimana nggak perlu ada izin ketika seseorang atau siapapun orangnya ingin memasuki tempat tersebut. Seperti sekolah/kampus, pasar, jalan, dan supermarket. Misal ke pasar, begitu masuk gerbangnya, nggak perlu pake salam kan Pren? Nyelonong aja.
But, pertemuan baik yang ada interaksinya maupun tanpa interaksi tetep diatur oleh Islam. Kondisi interaksi hanya diperbolehkan kalau nggak ada khalwat (berdua-duaan) misalnya ditempat yang sepi antara cowok dan cewek yang bukan mahrom. Ikhtilat pun pada dasarnya boleh dilakukan dengan syarat bahwa apa yang dibicarakan bukan suatu hal yang diharamkan serta nggak dilakukan dengan berkhalwat. Pada tempat umum ini baik cowok maupun cewek kudu dalam kondisi tertutup auratnya.
Terus gimana dengan kehidupan khusus? Kehidupan khusus adalah suatu tempat dimana kalau seseorang memasuki tempat tersebut harus mendapatkan izin dari yang punya tempat tersebut. Contohnya adalah rumah, mobil atau sepeda motor pribadi. Dasar dari peraturan ini adalah firman Allah: “Wahai orang-orang yang beriman, kamu jangan memasuki rumah orang lain, sehingga kamu mendapatkan izin dan kamu mengucapkan salam kepada penghuninya.”(QS an-Nur [24]: 27)
Pada tempat khusus ini pertemuan antara cowok dan cewek atau perempuan dan laki-laki hanya diperbolehkan kalau pihak perempuan ditemani oleh beberapa orang yang diperbolehkan (misal bapaknya, kakaknya, ibunya, kakeknya, neneknya). Jika terjadi ikhtilat pun apa yang dibicarakan terbatas pada apa yang diperbolehkan oleh syara’.
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, kalau mau solusi tuntas dalam mencegah pergaulan bebas dan memberantas HIV/AIDS adalah dengan Islam. Caranya? Terapkan hukum-hukum pergaulan Islam dan menjaganya dengan penerapan sistem Islam secara total (kaafah) oleh Khalifah (kepala negara). Tentu aja bukan dengan pacaran ‘sehat’ apalagi kondomisasi!
Itu artinya, solusi pencegahan bagi pergaulan bebas adalah keterlibatan individu, masyarakat dan negara mutlak diperlukan dalam penerapan syariah Islam tersebut. Semua itu nggak hanya dapat mencegah dari munculnya rangsangan seksual, tapi juga menyelesaikan bentuk rangsangan -kalau muncul- dengan solusi yang shahih. Begitulah penjagaan Islam terhadap remaja dari pergaulan bebas. Catet!
Nah, karena keterlibatan individu sangat dibutuhkan, maka remaja kudu, harus, musti memperdalam ilmu agamanya. Caranya, yaitu dengan mengkaji Islam, mendakwahkannya dan berjuang menegakkannya agar lahir generasi-generasi shalih. Siapa generasi itu? Mas Bro, Sist, kalau bukan kita, siapa lagi? [witadahlia I witadahlia@yahoo.com]
0 komentar:
Post a Comment