Saya bukanlah berasal dari keluarga yang paham agama. Masa SMP saya habiskan untuk pacaran dan menggunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Sejalan dengan amal dan pengetahuan agama saya yang di bawah rata-rata.
Namun entah kenapa ketika saya mengunjungi rumah teman saya pada saat Magrib, saya mendengar suara azan dari dalam rumahnya dan tanpa saya sadari air mata saya mengalir tak tertahan. Saat inilah saya mulai mancari cahaya Allah SWT.
Saya berdoa ingin dekat denganNya, ingin paham akan agamaNya, ingin dekat dengan orang-orang yang mencintaiNya. Rasa ingin itu terasa makin kuat ketika saya masuk ke SMA. SMA ini kebetulan mewajibkan asrama. Selama masa saya di asrama saya sering disirami pengetahuan agama karena memang di sekolah saya mewajibkan mentoring kepada seluruh murid-muridnya. Di lain pihak saya melihat tutor-tutor yang rela datang malam hari untuk memberi materi tarbiyah pada kami tanpa dipungut biaya sedikitpun.
Ketika pesantren kilat di bulan Ramadhan, saya lihat Ustazah-usazah yang menggunakan jilbab dalam, entah kenapa tanpa saya sadari di dalam hati saya terucap doa pada Allah ”Ya Allah aku ingin menggunakan pakaian syar’i sama seperti mereka, aku ingin memiliki kawan-kawan seperti mereka, aku ingin berkumpul dengan orang-orang yang mencintaiMu, dengan orang-oarnag yang mengingatkanku padaMu”.
Sampai di rumah, saya mencoba memakai baju syar’i dan duduk di depan kaca sambil bergaya seolah-olah saya sedang berceramah. Lagi-lagi air mata ini jatuh dan doa tanpa saya sadari mengalir bersama dengan air mata saya “Ya Allah, jadikanlah hamba menjadi prajuritMu”.
Seiring waktu berlalu tidak banyak perubahan berarti yang saya rasakan, namun impian untuk menjadi prajurit Allah tetap saya tanam. Saya mulai sering membaca buku-buku islami untuk meningkatkan pengetahuan saya. Tapi saya masih punya masalah yang menjadi kendala terbesar menurut saya yaitu keluarga saya. Saya yakin keluarga saya pasti tidak akan setuju jika saya menggunkan baju syar’i apalagi untuk ikut organisasi dakwah.
Masalah itu terus saya fikirkan hingga saya masuk ke Perguruan Tinggi. Di sinilah mulai perjalanan dakwah yang saya impikan dulu. Semester pertama saya masih menggunakan jeans namun khayalan untuk menggunakan pakaian syar’i malah semakin kuat. Dan perang batin saya di semester pertama ini ternyata masih dimenangkan lemahnya iman saya, saya masih takut pada keluarga saya. Jadi selama semester pertama ini, saya masih menggunakan jeans.
Meski masih belum menggunakan pakaian syar’i, saya tetap berusaha untuk aktif dan dengan dengan mbak-mbak di Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) saya. Bukan bermaksud ingin cari muka, namun kembali pada mimpi saya dulu untuk berkumpul dengan orang-orang yang mencintai Allah.
Ternyata Allah benar-benar membantu saya. Allah selalu meringankan saya ketika di LDF saya ada agenda. Jadi saya mulai dilirik oleh mbak-mbaknya. Saya selama semester pertama ini sering direkomendasikan untuk mengikuti Dauroh-dauroh, serta agenda-agenda amniah yang hanya orang-orang tertentu diundang.
Kembali lagi masalah pakaian, saya bingung memikirkan bagaimana saya ke depan. Ke depan pasti saya akan menjadi orang yang memegang LDF saya, menjadi tutor, dan lainnya. Saya sudah mengetahui banyak tentang pentingnya pakaian syar’i, namun saya masih belum menggunakannya. Bagaimana saya harus mempertanggungjawabkan itu?
Alhamdulillah, semester dua saya kuatkan niat dan memberanikan diri untuk menggunakan pakaian syar’i.
Saat ini saya duduk di semester tiga dan saat ini saya menjadi Kordinator Akhwat PPSDM LDF, TI di LDF saya, dan Tutor untuk kelompok mentoring. Amanah yang saya tuliskan bukanlah untuk pamer amanah. Namun saya hanya ingin menyampaikan bahwa mimpi saya dulu kini telah dipenuhi Allah SWT.
Allah membuktukan bahwa bermimpilah untuk kebaikan, maka Aku akan membantumu untuk mendapatkannya. Saat ini aku telah membuktikannya, Allah tidak pernah memilih hamba yang akan dibantu. Hanya dengan mimpi, dan kemudian usaha. Allah selalu membantu kita saudara muslim. Jangan pernah putus asa akan bantuanNya.
Aku mendapatkan mimpiku dalam usaha 5 tahun, bagaimana dengan mimpi mu??? []
Penulis : Rahma Meiliza Putri
Ogan Ilir, Sumatera Selatan
Tulisan ini adalah salah satu peserta
Kompetisi Menulis Pengalaman Dakwah (KMPD)
0 komentar:
Post a Comment