dakwatuna.com - Ingatkah kita dengan kisah senjata penghancur massal, senjata paling merusak yang pernah dibuat oleh manusia, senjata yang pernah dijatuhkan pertama kali pada tanggal 06 Agustus 1945. Tidak ada yang meragukan kedahsyatannya. Senjata tersebut mampu menghancurkan kekuatan sebuah negara yang diakui kemampuan militer dengan keberanian, tekad, semangat perjuangan dan pengorbanannya. Senjata itu adalah senjata nuklir atau bom atom yang dijatuhkan di langit Hiroshima.
Pasca dijatuhkannya senjata nuklir tersebut, dunia pun ikut bergetar karena perang tak akan pernah berhenti meskipun menandakan berakhirnya perang dunia ke II yang sedang berkecamuk. Sadar ataupun tidak, hadirnya senjata nuklir tersebut menandakan dimulainya perang baru yang jauh lebih dahsyat dari perang dunia ke II. Perhatikanlah, saat ini negara-negara maju di dunia telah mulai merancang senjata canggih yang tidak kalah mengerikan dari bom atom yang meluluhlantakkan Hiroshima. Tak ketinggalan, negara-negara Islam pun ikut memproduksi senjata yang tak kalah canggihnya dengan dalih sebagai alat pertahanan negara.
Jika kita menelusuri lebih dalam akan kehadiran senjata tersebut tak lain hanya berfungsi untuk membuat kehancuran di muka bumi ini seolah-olah kekuatan atau kecanggihan senjata menunjukkan derajat sebuah negara. Tengoklah Amerika Serikat yang disebut Polisi Dunia karena kekuatan militer dan alat tempur yang dimilikinya. Begitu juga dengan negara barat lainnya yang berlomba-lomba untuk menunjukkan kekuatannya. Hal ini membuat umat Islam takjub, mau tidak mau harus mengakui kekuatan barat sehingga harga diri Islam pun diinjak-injak.
Itulah yang membuat umat Islam atau pemimpin Islam saat ini mengekor di bawah kendali negara-negara barat. Sebut saja Amerika Serikat. Berapa banyak negara Islam yang rela menggadaikan kehormatan negaranya hanya untuk memuluskan hasrat negara yang dipimpin Barack Obama tersebut untuk memecah belah negara-negara Islam. Ketika kita mengingat sejarah mengapa Gleed Stones, mantan PM Inggris mengatakan bahwa umat Islam tak dapat ditaklukkan dengan senjata secanggih apapun. Sejarah menunjukkan bahwa Islam mempunyai kekuatan militer yang tak tertandingi, tapi mengapa sekarang umat yang kita saksikan terbesar di dunia ini mampu terkocar-kacir oleh kekuatan barat yang tak seberapa besarnya itu? Dengan mudahnya negara Barat mampu membuat negara-negara Islam terombang-ambing bak buih di lautan. Itupun bukan karena menggunakan senjata nuklir yang super canggih melainkan mereka telah menemukan senjata baru yang jauh lebih canggih dari senjata nuklir yang pernah dirancang umat manusia.
Senjata yang konon dapat digunakan oleh siapa saja, kapan saja, dan jauh lebih mengerikan dampaknya ketika digunakan oleh pemimpin dunia terutama pemimpin-pemimpin Islam. Tak perlu waktu dan biaya besar untuk memproduksinya karena senjata itu dimiliki oleh setiap orang. Senjata itu tersimpan di dalam mulut setiap manusia, senjata yang tidak bertulang namun tajam melebihi tajamnya pedang, itulah lidah. Senjata pemusnah tercanggih yang digunakan oleh Amerika Serikat dan sekutunya untuk menghancurkan umat Islam di muka bumi ini. Dengan politik adu dombanya membuat negara-negara Islam saling menghancurkan. Betapa dahsyatnya dampak dari senjata tersebut. Awas! Berhati-hatilah.
Lidah yang kita miliki adalah senjata yang mempunyai super power. Jika mampu dikendalikan maka akan berpotensi untuk membawa keberuntungan tetapi manakala kita tidak mampu mengendalikannya maka kehancuranlah yang akan datang bukan hanya menghampiri diri kita melainkan umat Islam. Perhatikanlah, apa yang dilakukan pemimpin-pemimpin kita. Saling fitnah, mengadu domba, menyampaikan informasi yang salah, berbelit-belit, sering membuat rakyat bertanya-tanya dan bingung terhadap apa yang dikatakan pemimpinnya. Aneh, tapi itulah kenyataan yang harus kita akui bahwa kehancuran umat Islam saat ini salah satu penyebabnya adalah karena tidak dapat menjaga lidah atau lisannya.
Pantaslah Nabi Muhammad SAW. Bersabda: “Akan datang suatu masa kepada manusia, mereka mengunyah pembicaraan dengan lidah seperti sapi mengunyah makanan dengan lidahnya.” (HR. Ahmad). Betapa bahayanya lidah yang dimiliki oleh manusia. Jika kita menginginkan tegak dan bersatunya umat ini kembali maka berhati-hatilah dengan lidah. Tahan lidah kita jika yang ingin diucapkan tidak bermanfaat dan berhentilah untuk memakan barang-barang yang bukan hak kita karena itulah yang akan melandasi kita untuk mengucapkan yang tidak semestinya. Ingatlah bahwa sebab keselamatan manusia baik dunia maupun akhiratnya terletak pada kemampuan untuk menjaga lidahnya.
Belajarlah dari Abu Bakar ash-shiddiq, beliau pernah meletakkan tongkat di mulutnya seraya berkata: “Inilah yang dapat mengeluarkanku dari tempat-tempat keluar (maksudnya: keluar dari batas-batas kebenaran).” Beliau dikenal sebagai orang yang paling hemat dalam berbicara. Walaupun berpidato, itupun hanya sebentar, singkat tapi padat, penuh arti dan konsisten. Apa yang dikatakan, itulah yang ada di dalam pikiran dan perasaannya. Antara ucapan dan tindakannya tidak terdapat perbedaan. Sehingga apa yang menjadi ancaman dan berbagai gejolak dalam wilayah pemerintahannya dapat diatasi, bukan dengan lelucon, humor, apalagi gaya ketoprakan melainkan melalui tindakannya.
Pemimpin model Abu Bakar ash-shiddiq inilah yang sangat kita harapkan untuk memimpin bangsa Indonesia menuju gerbang masa depan. Semua pemimpin seharusnya dapat menahan diri dari perkataan yang tidak benar, mengandung fitnah dan adu domba. Mereka harus menahan diri dari ucapan yang dapat menyakiti atau melukai perasaan orang lain, walaupun mengandung substansi yang benar. Pemimpin adalah orang yang hemat berbicara, sedikit berkata-kata, dan berbicara seperlunya saja. Tindakannyalah yang banyak berbicara bukan lidahnya.
Oleh Uki Kifli
Lahir tahun 1989 di sebuah desa nan kecil tepatnya ujung selatan pulau Sumbawa, Emang Lestari. Pendidikan SD hingga SMA ditempuh di Kec. Lunyuk Kab. Sumbawa – NTB dan melanjutkan kuliah di IKIP Mataram jurusan Matematika Fakultas MIPA.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/11/03/41593/awas-senjata-pemecah-umat-abad-milenium/#ixzz2jdfoWtXj
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
0 komentar:
Post a Comment