Searching...
Select a Page
Thursday

Rasanya aku hampir tak bisa berkata2, dokter menyarankan bapak untuk operasi bulan depan. Diduga massa disekitar daerah kepala belakang itu adalah kanker otak.

Bapak tampak bersemangat,sementara aku tampak bingung. Ya Rabb,darimana biaya untuk operasi bapak. Aku tidak punya tabungan sampai puluhan juta utk mencover operasi bapak. Ya Rabb,kadang terlitas marah dan sedih. Bapak baru kembali setelah anak2 tirinya tak mau mengurusnya,setelah istrinya jg meninggal karena kanker. Dan setelah sekian lama bapak meninggalkan kami, bapak kembali padaku.

Aku ingat masa kecilku bersama bapak. Mama sangat sibuk, hampir selalu pulang malam. Masa balitaku lebih banyak bersama bapak dan sering pula dititipkan. Hingga aku kecil kadang melakukan hal2 aneh tanpa terawasi. Memborong dagangan tukang sayur, karena kasian kl jalannya jauh nanti cape. Bagi2 bahan makanan dirumah ke semua nenek2 yg lewat depan rumah, sampai main (diculik orang yg gangguan jiwa) yang bikin heboh sekampung. wkwkwk.

Aku tidak pernah tahu bahwa mama tidak pernah dinafkahi. Mama sebagai seorang bidan punya penghasilan yg jauh lebih besar dari bapak. Dan bapak pun pny klg yang menuntut banyak perhatian. Mama ikhlaskan semua gaji bapak untuk ibu. Ah mama belum faham Islam saat itu,bahwa menafkahi adalah kewajiban seorang suami. Bahwa nafkah yg suami berikan ahsannya menjadi sesuatu yang dimakan oleh keluarga.

Begitu terus bertahun2.

Aku hanya seorang anak yang baru lulus dari sebutan balita saat piring terbang, teriakan2 bahkan tangisan jadi drama baru dalam hari2ku. Bapak pergi, mama menangis. Aku diam, mengepalkan tangan, menghapus air mata yg mengalir dari sudut mataku, dan bertekad aku harus jadi anak kuat, tidak boleh menangis, harus bisa menyenangkan mama. Aku hanya seorang anak, yang baru genap 5tahun. Yang berdiri di sudut ruangan menyaksikan drama pilu yg meluluhlantahkan hati. Memori yg tak bisa dihapus, sampai kini.

Tiba2 aku dititipkan pada teman mama di bandung, entah mengapa.

Setelah aku dewasa mama mulai bercerita, ttg berbagai hal, berbagai alasan kenapa saat itu aku diasingkan.

My mom, rasanya semua lukaku menjadi kecil, semua dukaku menjadi ringan, krn dukanya, sedihnya, jauh2 melampaui yg kurasakan. Aku kecil bukan tak pernah labil, aku tak punya saudara kandung untkuk berbagi. Kadang aku menulis sendiri ditembok, berbicara sendiri. Aku kecil kehilangan pegangan, dmana bapak dimana mama. Mama melarikan diri dalam kesibukannya.

Aku tumbuh dalam keluarga yang seperti ini, besar ditemani pembantu2ku. Sampai para khadimatku bisa membaca karena kuajari dan karena bgt lamanya interaksi dengan mereka. Aku kecil bingung,melihat bapak kadang ada, kadang pergi.

Aku masih berusia 10 tahun saat aku mengumpulkan kedua orang tuaku utk duduk disofa, dan bertanya pada mereka, mau bagaiman rumah tangga ini ke depannya. Apakah akan dlanjutkan atau bercerai adalah solisi terbaik. Bapak hanya diam, hening. Mama hanya terisak. Dan aku kecil hanya menatap nanar,masalah ini terlali berat diselesaikan anak 10 tahun.

Akhirnya bertahun2 bapak muncul dan hilang. Tanpa no kontak, tanpa jelas keberadaannya. Sampai2 aku berpikir, kalau aku meninggal harus menghubungi siapa. Kelurga bapak tak bisa dihubungi, bapak mengisolir kami semua. Mama menghindar dari keluarganya. Kami terasing dari keluarga besar. Ah bapak lupakah kau janji yg kau ucapkan saat akad, janji yg suci tentang tanggung jawab seorang suami. Kau biarkan aku yang menjaga mama. Aku masih kecil pa. Bapak kira mudah menghalau pria2 yang mendekati mama. Mama muda yg cantik, ramah, dan pandai bergaul. Aku masih SD saat berteriak menyuruh mereka pergi.

Alhamdulillah Allah masih melindungi mama yang bapak sia2kan. Bertahun2 lewat, meski bapak begitu, tahukah bapak, aku kecil, aku remaja masih sering merindukan sosokmu. Mencarimu dalam keheningan malam, bahagia meski kau hadir walau sejenak. Aku sering iri pada anak2 meski ayahnya seorang tukang becak, aku yakin keluarganya pasti bangga, karena keringatnya, tenaganya, semangatnya sepenuh hati mencari nafkah untuk keluarganya, benar2 membanting tulang.

Aku sering bermimpi punya bapak yang seperti itu, yg punya izzah, yang punya hamasah, yang punya cinta. Ternyata aku masih harus bermimpi. Alhamdulillah, mengenal islam di DKM Al Furqon menstabilkan hatiku, membuatku tidak jadi anak yang nakal, bermasalah atau depresi karena gangguan jiwa. Ah masa2 itu rasanya dekat dengan Alloh, tangisan itu hanya miliku dan Alloh saja. Itulah yang membuatku bersyukur atas segala kondisi yang ada,bapak mengenalkanku pada Alloh,pada Islam. Meski tidak dengan didikannya langsung. Siapa yg bisa mentadrib makna sabar, makna ikhlas jika bukan Alloh. Sungguh pa, perjalanan ini begitu panjang untuk menemukanmu.

Bertahun sudah, hingga aku tahu banyak hal. Berbagai hal yg rasanya begitu menyakitkan. Hingga satu saat aku dminta bertemu seseorang. Subhanallah atau masya Allah ,tenyata aku punya seorang adik. Wajah yang sangat mirip. Rasanya ditimpa gunung es. Aku menangis dibelakang pintu, tak tahu harus berkata apa. Sungguh Alloh sayang padaku, dibuatnya aku melihat dengan kaca mata berbeda, dbuatnya aku punya selaksa maaf. Kupeluk anak yg hampir remaja itu dengan erat. Sungguh mungkin dukanya tak jauh berbeda denganku.

Episode ini begitu panjang pa. Saat aku kuliah kita begitu banyak berselisih, ajaran yg bapak ikuti sangat nyeleneh, sementara aq ibarat mujahid baru yg kenal islam. Kita sering berselisih, dan menangis pada akhirnya. Mama hanya menonton. Sampai keputusan akhirnya, kita berpisah dengan bendera masing2. Mama diminta memilih ikut bapak atau ikut aku. Mama memilihku. Alhamdulillah. Mama mau berjilbab, setelahnya tdk ada lagi pria2 yg berani mengganggunya. Mama belajar mengaji, kami hafalan bersama. Dan waktu berjalan, masih tanpa kabar beritamu pa. Meski kau datang tiap lebaran, saat wisudaku dan saat menikahkanku. Hingga satu waktu bapak menelponku karen jatuh dalam selokan, karena ada gangguan penglihatan. Dan setelah sekian lama bapak pulang. Bermimpi tentang menghabiskan masa tua bersama anak istri dan cucunya.

Namun diagnosa kanker otak membuat bapak bersikeras ingin dioperasi. Akhirnya berkat sahabat2ku aku bisa meminjam sejumlah uang. Bapak mulai rajin sholat menjelang operasi. Aku bahagia. Mama terus menjaganya. Malam itu menjelang operasi bapak menelponku, minta aku kembali ke RS, andai tak punya bayi bapak pasti kutunggui malam itu. Bapak hanya ingin bertemu denganku. Dan saat itu rasanya barulah kutemukan dirimu pa, dalam sorot matamu yg teduh. Seakan ada banyak yang ingin kau ucapkan namun tak kuasa.

Semalaman bapak terus mengsmsku. Menumpahkan segala kegalauannya. Kubilang tenang pa, aku akan mengurusmu, aku sudah lama memaafkanmu. Ada aku yang siap menyambut kepulanganmu. Mungkin bapak menangis disana. Namun aku tak pernah bisa menyambut kepulanganmu, krn bapak tak pernah bangun kembali pasca operasi. Aku menyambutmu dalam balutan kain kafan. Pertemuan terakhir kita mungkin tak lama. Namun aku menemukan bapak.

~~~Azzam Syahidah


NB: Sahabat,kisah ini kubagi sekedar ingin berbagi,betapa aku tak ingin ada aku kecil2 lainnya,yg mengepalkan tangan,yg berdiri disudut ruangan dan berkata aku harus jadi anak kuat. Tak boleh ada anak2 yg begitu lagi, masa2 itu masa bermain, belajar, merasakan cinta umi abinya. Aku juga tak ingin ada lagi istri2 dan tak ada mama2 yg tersakiti hatinya, tidak dipenuhi hak2nya, menangis pilu dan terdzalimi. Jadilah pria2 sejati, jadilah sosok2 ayah dan bapak yang terbaik. Yang kelak akan dibanggakan istri dan anak2nya, karena tanggung jawabnya, krn kerja2 kerasnya, karena perhatian dan didikannya. Jadilah ayah juara, jadilah bapak yang hebat. krn di pundakmulah amanah keluarga ini akan dipertanggung jawabkan.

Dan aku pun menangis membuatnya.tapi mengingat utk bs membuka byk hati harus mulai dr diri sendiri, dan mengingat di ITSAR ada byk bapak2, calon bapak maka akhirnya menulislah.

@masi :blh dshare di dkm al furqon. Byk jiwa yg bs diselamatkan sebenarnya dgn Dakwah Sekolah. Saat kita melihat sahabat kita, tmn2 kita, dlm diamnya, dalam nakalnya, dalam tawanya, sesungguhnya ada byk jiwa2 tersembunyi yang tak mampu terungkap dalam kata. Jiwa2 kesepian meski tampak penuh tawa. jiwa2 perindu akan ketenangan, akan al islam, akan kelembutan jiwa dan keindahan ukhuwah. Maka disinilah peran DS. menjadi tempat jiwa2 muda yg galau, yg rmhnya bukanlah surga, yang hiburannya adalah materi berlabuh. Maka tak ada anak yg nakal pada dasarnya, setiap org seburuk apapun bisa berubah menjadi rijal2 pembela islam,saat kau sentuh hatinya wahai ADS (Aktivis Dakwah Sekolah).

306733_2097976884083_165835580_n

0 komentar:

Post a Comment

« »
Get widget