Murabbi (pembina/pembimbing mentoring siswa) adalah ujung tombak dakwah sekolah khususnya dalam rangka membentuk kader- kader dakwah dalam program pembinaan yang intensif dan terpadu. Idealnya, seorang murabbi adalah kakak kelas atau alumni sekolah yang bersangkutan selama memenuhi kriteria dan kualifikasinya. Karena mereka lebih memiliki kedekatan emosional dan menguasai medan dakwahnya. Namun adakala, stok kakak kelas yang bersedia untuk menjadi Murobbi tidak sebanding dengan jumlah adik kelas yang akan dimentor. Inilah salah satu yang menyebabkan anggota rohis sulit untuk bertambah. Dari dulu hingga sekarang jumlahnya stagnan.
Idealnya, sebuah transformasi mentoring berjalan seperti bagan di bawah ini :
Dari satu murobbi melahirkan 5 atau lebih Murobbi. 5 Murobbi melahirkan 25 Murobbi. 25 Murobbi melahirkan lebih banyak lagi Murobbi. Namun idealisme ini hanya bisa terwujud jika daya dukungnya juga ideal. Seperti Komitmen besar tiap Murobbi baru, sistem kaderisasi yang matang, Kurikulum mentoring yang komprehensif dan uptodate ( bukan #vickynisasi ya :P), dan lainnya. Jika daya dukungnya tidak terbangun dengan baik, maka sulit untuk terwujud.
Oleh karena itu perlu kita inisiasi program perbanyakan murobbi yang bertumbuh bukan yang stagnan. Beberapa hal berikut bisa jadi pijakan awal dalam membangun sistem permentoringan yang sehat :
Buatlah Perencanaan Kaderisasi Murabbi.
Lakukan pemantauan dan pembinaan khusus bagi peserta- peserta mentoring yang memiliki perkembangan di atas rata- rata dan berpotensi menjadi murabbi. Pada saat yang tepat, lakukan uji coba untuk menjadi murabbi atau asisten murabbi sebagai sarana latihan kematangan dirinya. Lakukan secara bertahap dan perlahan. Mulai dari dia sebagai asisten mentor yang tugasnya Moderator, tukang jarkom, Data yaumian, simpan infak, dll. Setelah terbiasa, lanjut ke pemberi tausiyah sebelum ke inti materi mentoring. Setelah agak lama, minta sesekali dia menggantikan peran mentor. ‘Sesekali’ lho ya biar gak kaget. Baru setelah semua terbiasa, Dia bisa diamanahkan beberapa adik mentor baru.
Lakukan Pelatihan /Daurah Murabbi secara Berkala.
Mungkin sudah banyak Rohis yang melakukan pelatihan / daurah Murobbi, tapi sayangnya hal itu tidak dilakukan secara berkala. Seringnya hanya sekali daurah lalu stop. Padahal, daurah sangat bermanfaat untuk me-recharge komitmen dan ruhiyah Murobbi muda untuk kembali bersemangat mementor. Kita berharap menjadikan dia Mentor baja yang bisa menjadi “Magnet” secara permanen, bukan Mentor besi yang hanya kuat sementara saja. Di daurah tiap Murobbi muda bisa melontarkan keluh kesah dan tantangan selama mementor kelompok baru, sel;ain itu di daurah juga sesama murobbi bisa saling memotivasi.
Lakukan dauroh rutin setiap 2 atau 3 bulan sekali, bahas tema – tema aktual dan agenda upgrading Murobbi.
Lengkapi Sarana-Sarana Penunjang
Semua superhero butuh gadget dan peralatan canggih untuk melakukan aksinya. Super Murobbi juga gak boleh ketinggalan. Lengkapi pengetahuan dan pemahaman Murobbi dengan buku-buku kumpulan materi, kaset-kaset ceramah, atau situs-situs internet yang banyak yang menawarkan materi-materi secara gratis. Dijaman sekarang, dimana smartphone dan akses internet sudah cukup murah, komunikasi menggunakan Messenger seperti Google Talk dan Whatsapp juga diperlukan agar Murobbi dan Mutarobbi bisa tetap keep in touch (#MySaid) di luar jadwal mentoring.
Perluas Kemungkinan Menjaring Murabbi selain Alumni.
Sumber Murobbi tidak hanya bergantung dari stok Alumni. Kita juga bisa merekrut atau meminta bantuan tenaga Murobbi dari Rohis ‘tetangga’ (haha.. bahasanya..). Beberapa rohis yang membentuk forum komunikasi biasanya memanfaatkan fitur ‘subsidi silang’ untuk memenuhi kenbutuhan Murobbi.
Lakukan Dauroh Gabungan
Untuk materi-materi khusus yang membutuhkan penguasaan yang memadai, lakukanlah daurah-daurah gabungan dengan mengundang pembicara yang berkompeten di bidangnya. Banyak skill – skill yang perlu dipelajari oleh Murobbi. Seperti Skill berkomunikasi, skill memimpin rapat, skill memotivasi, skill memimpin dan lain – lain. Buat Rohis yang di Bandung Itsar sarankan bisa mengadakan training lifeskill dengan mengundang trainer- trainer mumpuni seperti Surya Kresnanda atau Kang @hafidz_ary. Kalau di Jogja bisa hubungi Smart Syuhada atau @FarohisJogja.
Fleksibilitas dalam jumlah anggota mentoring.
Tidak semua Murobbi baru bisa menangani banyak Mutarobbi (adik mentor). Tanyakan pada Murobbi muda berapa adik mentor yang sanggup ia pegang. Tanyakan pula apakah dia sanggup atau tidak mementor Mutarobbi yang lincah tengil dan ‘memeras energi jiwa’.. ? Di tengah jalan Mutarobbi bisa ditransfer ke kelompok lain jika memang diperlukan. Berapa kelompok mentor seorang Murobbi bisa memegang? ITsar sarankan tidak lebih dari dua, biar fokus.
Dalam hal maraknya minat pelajar mengikuti mentoring di tengah keterbatasan tenaga yang ada, telitilah kemungkinan untuk menambah jumlah anggota setiap kelompok, bahkan sampai dengan sistem kelas. JIka masih sulit mencapai rasio yang ideal, bisa diberlakukan pengajian rutin sampai Jumlah Murobbi terpenuhi.
Manajemen Murobbi tidak boleh dipandang enteng. Murobbi dan Tarbiyah adalah Ruh dari organisasi. Jatuhnya MUrobbi akan memincangkan organisasi Rohis.
0 komentar:
Post a Comment