Semakin maju zaman, maka semakin canggih juga persoalannya. Ibaratnya semakin maju kondisi hari ini, kita yang berada di medan dakwah juga mesti membacanya dengan seksama, dan melaju bersama melajunya zaman yang ada hari ini. Semua kebaikan yang ditemukan manusia hari ini, baik itu teknologi, dan sarana komunikasi yang ada saat ini, mesti kita maksimalkan untuk kepentingan kita, sehingga semua langkah-‐langkah tersebut menjadikan dakwah ini semakin berjaya.Problematika di dalam dakwah sekolah sebenarnya cukup banyak, dan semuanya dapat ditangani dengan sebaik-‐baiknya, asalkan kita mengetahui trik-‐trik dalam mengatasinya.
Kuncinya ada di dalam manhaj (panduan) yang telah ada, kita mesti disiplin dengan manhaj (panduan) tersebut. Insya Allah, persoalan yang muncul selalu bermula dari dilupakannya manhaj (panduan) dakwah sekolah yang telah ada selama ini. Berikut beberapa persoalan yang muncul di sekolah, yang dikemas dalam bentuk dialog. Untuk pertanyaan ditulis [Q]=Qadhaya=Persoalan dan [S]=Solusi
1. [Q] Sekolah kami sangat sulit untuk ditembus, terlalu banyak birokrasi di dalamnya!
[S] Sekolah tidak sama dengan warung kopi atau café, di dalamnya ada prosedur yang mesti kita lalui. Dan kita mesti mengikuti prosedur tersebut. Langkah yang paling baik (sangat disarankan), adalah dengan masuk melewati alumni sekolah. Lebih baik lagi jika alumni yang maju tersebut adalah mereka yang telah sukses dalam karier atau punya jabatan dan kekuasaan yang ‘seimbang’ dengan sekolah, seperti anggota dewan, atau pengusaha terkenal atau alumni yang punya beraneka prestasi. Sekolah kebanyakan memandang ‘person’ yang datang daripada ‘sesuatu yang dibawa’. Sekalipun di beberapa sekolah tidak seperti itu.
Beberapa sekolah lebih melihat kepada ‘orang’ yang datang daripada ‘apa yang dibawa’. Maka bawalah orang-‐orang yang menurut pandangan kita akan membuka ‘gerbang sekolah’ yang akan disentuh lebih lebar
2. [Q] Apa yang menjadi langkah awal tatkala sekolah sudah berhasil kita masuki?
[S] Langkah awal, adalah dengan membaca Basmallah, lalu masukilah sekolah seperti kita menanam padi di sawah. Setelah lahan dibuka, tugas besar kita adalah membersihkan lahan. Setelah dibersihkan baru menanam bibit yang telah ada, kemudian kita jaga dan merawat padi yang telah ditanam, melindunginya dari virus, hama, dan memperkuat tanaman dengan pupuk yang sesuai takarannya, dalam masa-‐masa perawatan tersebut, janganlah paksa padi tersebut untuk tumbuh, sebab dalam masa pertumbuhan akan selalu ada burung-‐burung yang hinggap dan memakan padi yang ada. Tugas kita adalah tetap mengawasi padi yang sedang tumbuh. Setelah masa panen tiba, petiklah hasilnya dengan membaca Alhamdulillah. Petani yang cerdas tidak hanya sekali menanam, ia akan menanam berkali-‐kali, tanpa kenal lelah, bosan ataupun jemu, walaupun panen dirasakan masih sangat lama. Petani yang cerdas adalah seorang yang punya kasih sayang kepada sawahnya. Punya perhatian yang tulus, sebab dia sendirilah yang akan memanen hasil dari kerjanya. Dan diatas segala sifat tersebut, petani adalah orang yang sabar menanti buah hasil tanamnya agar dapat dipanen. Tidak isti’jal (terburu-‐buru) ingin melihat bibitnya tumbuh dan siap untuk dipanen hasilnya.
Kisah Petani Yang Tanamannya Tidak Dimakan Tikus & Petani Jepang Yang Tanamannya Selalu Berbunga
Ada sebuah desa di kaki Gunung Galunggung yang penduduknya hampir semuanya petani. Tatkala hendak panen, hampir semua padi di desa tersebut dimakan oleh tikus, kecuali satu petak sawah saja yang tidak disentuh sedikitpun oleh tikus. Penduduk desa sangat terkejut dengan peristiwa tersebut. Mereka bertanya-‐tanya, apa yang dia lakukan sehingga padinya tidak tersentuh tikus. Dia menjawab, “Tidak ada yang istimewa, hanya saja saya sebelum masuk ke sawah mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh’ kepada ladang sawah saya, mengajaknya ngobrol seperti layaknya dengan anak-‐anak saya, dan tatkala hendak pulang saya berpamitan dengan sawah saya dengan mengucapkan salam kembali”.
-‐-‐-‐*-‐-‐-‐*-‐-‐-‐*-‐-‐-‐
Di Jepang, ada seorang petani yang tatkala menyiram tanamannya, dia mengajak bicara tanamannya, membersihkannya dengan kasih sayang dan membunyikan musik yang merdu kepada tanamannya, sehingga akhirnya tanamannya tumbuh subur, dan banyak bunganya.
Siklus dakwah sekolah bagaikan seorang petani yang sedang berniat untuk membuka lahan untuk menanam padi. Muflihun atau orang yang beruntung dalam al-‐Qur’an diambil dari kata Fallah yakni petani
3. [Q] Bagaimana kiat menarik pelajar dengan kegiatan yang kita adakan?
[S] Ada beberapa kiat untuk menarik para pelajar dengan kegiatan yang kita laksanakan. Dan kiat itu sebenarnya sangat lah sederhana, kita dapat belajar dari para pakar-‐ pakar periklanan yang ada hari ini, bagaimana mereka merebut customer mereka dengan sangat cerdas. Yang pertama adalah membuat brand (nama). Brand akan menentukan menarik atau tidaknya sebuah kegiatan, orang tidak melihat isi, tetapi nama dari kegiatan tersebutlah yang pertama kali dilihat. Maka buatlah brand (nama) yang monumental, abadi dan mudah diingat oleh siapa saja. Salah satu brand yang unik adalah PASTA (Paket Studi Tentang Al-‐Qur’an dan Alam) atau boleh juga KRISTAL (Kegiatan Training Intensif Terpadu di Alam Terbuka).
Brand kegiatan tidak perlu banyak, yang utama adalah setiap brand punya fokus pasar masing-‐masing. Apakah segmen anak Musholla ataukah yang ada di luar Musholla. Kedua, buatlah kegiatan menjadi 2 bagian. Satu kegiatan yang hanya khusus untuk penguatan maknawiyah (nilai-‐nilai moral) bagi kader dan satu lagi adalah kegiatan yang hanya khusus kerjanya membuat syi’ar (gema atau gaung) bagi dakwah di sekolah. Dua kegiatan ini wajib hukumnya dalam dakwah sekolah.
Salah satu penyebab mandegnya dakwah sekolah adalah karena di satu sisi, dakwah sekolah hanya fokus pada penguatan maknawiyah (nilai-‐nilai) moral bagi kader, sementara disisi lain, kegiatan syi’ar jauh meninggalkan kegiatan bagi kalangan khusus tadi. Disinilah seorang penggerak dakwah sekolah mesti membaca persoalan ini secara jernih dan hati-‐hati. Jangan sampai ada ‘jurang’ yang terlalu dalam antara dua kegiatan ini. Tugas penggerak dakwah adalah membuat jembatan komunikasi yang harmonis agar antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya dapat sinergis (searah-‐searus).
Ayo kita semua membuang sifat tergesa-‐gesa (isti’jal) dalam dakwah ini, kegiatan Syi’ar sangatlah bermanfaat, sebab kebenaran harus selalu bersifat ‘ukhrijat’ dikeluarkan dari panggung kehidupan ini, ia harus dimunculkan selalu, sebab kebatilan juga sering tampil ke panggung dengan penampilan yang jauh lebih menarik. Maka kegiatan Syi’ar mesti dibuat menarik, wah, heboh, full multimedia, isinya tidak ‘berat-‐berat amat’, encer, cair, gaul, fun, lucu, tapi sarat dengan makna, hikmah, ibroh dan pelajaran, dan tidak kehilangan nilai-‐nilai Islami di dalamnya, namun nilai-‐nilai tersebut tidak lebih besar ‘dosis-‐nya’ daripada kegiatan Penguatan. Mengapa kegiatan syi’ar dibuat demikian? Sebab remaja memiliki jiwa yang masih senang dengan yang berbau permainan dan kesenangan. Sebab itulah dunia mereka! Bagaimana cara masuk kesana, ya kita mesti menyelami dunia mereka. Inilah yang saya maksud gerbang seorang petani membuka lahannya, tatkala membuka lahan, apapun didatangi, sekalipun itu sukar. Tapi tatkala masa penanaman bibit, tidak harus semuanya kita rekrut. Kita mesti memilih dari segala bibit itu mereka yang rela untuk bergabung, nah, para relawan inilah yang kelak akan kita gembleng menjadi kader.
Kegiatan syi’ar bukan ditujukan untuk ‘merekrut secara langsung’, ia hanya ditujukan untuk membuat orang bersimpati, dari simpati inilah lahir keinginan untuk bergabung, maka kegiatan syi’ar adalah kegiatan yang sifatnya ‘merekrut secara tidak langsung’. Ibarat pembuka jalan, ia hanya menunjukkan jalan, selanjutnya terserah kepada masing-‐masing, mau meneruskan atau tidak…
4. [Q] Apakah tidak menjadi terlalu lama rasanya , jika kegiatan syi’ar dijalankan terus-‐menerus?
[S] Persoalan lama dan sebentar dalam dakwah ini sangatlah relatif sifatnya. Yang paling utama dalam dakwah ini adalah proses. Kita kurang menghargai proses. Proses seseorang menjadi kader, yang diawali dengan perkenalan, interaksi, bergabung, dan seterusnya adalah tahap-‐tahap yang mesti dilalui oleh mereka yang benar-‐benar telah menyatu hati dan fikirannya dengan dakwah ini. Tidak ada istilah lama dan sebentar dalam dakwah, sebab yang dilihat oleh Allah bukan lama atau sebentarnya seseorang berinteraksi dalam dakwah, tapi proses masuknya hidayah dan kefahamannya akan nilai-‐nilai moral yang ditanamkan dalam dirinya, itulah yang menjadi tolok ukur dirinya di sisi Allah. Bukankah Umar bin Khattab ra terlambat masuk Islam dibandingkan Abu Bakar, Utsman dan Ali? Tapi lihatlah tatkala hidayah telah masuk dalam hatinya, jiwanya rela dengan panggilan Allah dan Rasul-‐Nya, ia pun bergegas mengejar ketertinggalannya, dan melesat melampaui saudara-‐saudaranya yang sudah lebih dahulu beriman. Boleh jadi adik-‐adik sekolah yang awalnya tidak ada niatan bergabung dengan kita, pada saat-‐saat detik terakhir dirinya mengenyam pendidikan di Sekolah, justru dia kemudian dibukakan hatinya untuk menyambut hidayah dan masuk bergabung dengan barisan kita. Kenapa kita mesti heran? Segala sesuatu dapat saja terjadi dengan kehendak-‐Nya. Dan itu adalah hal yang mudah bagi-‐Nya. Maka kegiatan syi’ar tidak boleh berhenti, hanya memang terkadang, kegiatan syi’ar agak sulit untuk dimanajemen dibandingkan kegiatan kajian dan diskusi biasa, sebab tidak semua kader dapat meng-‐organisasikannya, tetap jika kegiatan ini dikelola secara serius dan sungguh-‐sungguh, dampaknya akan luar biasa kepada adik-‐adik di sekolah.
Menurut sebuah penelitian di lembaga Riset Islam di Amerika, kegiatan Perkemahan yang merupakan salah satu kegiatan syi’ar, tergolong dalam kelompok kegiatan yang sangat sulit dalam peng-‐organisasiannya, namun memiliki daya rekam dalam alam bawah sadar manusia yang paling lama dibandingkan kegiatan apapun
5. [Q] Saya sudah menerapkan semua trik dakwah sekolah, tetapi mengapa kader yang bergabung tetap sedikit, apa yang salah?
[S] Alhamdulillah…dakwah sekolah manapun insya Allah pernah mengalaminya, ada yang hanya 1 orang dalam 1 tahun dari sekian banyak orang yang kita ajak, hanya 1 saja yang menyambut panggilan dakwah dan bergabung! Alhamdulillah, Subhanallah! Kenapa baru satu orang? Karena Allah memberikan kepercayaan kepada kita sesuai dengan kemampuan kita. Kita baru bisa dapat 1 kader, ya karena Allah tahu kapasitas, kemampuan dan ilmu kita. Jika diberikan 100 orang, Insya Allah kitanya yang akan kelabakan. Maka syukurilah yang 1 orang ini, semoga dengan syukur kita kepada Allah itu, Allah mempercayakan kepada kita lebih banyak lagi kader yang akan bergabung.
6. [Q]Banyak sudah materi yang saya sampaikan, tapi justru mebuat mereka lari dari saya. Mengapa bisa terjadi demikian?
[S] Salah satu jawabannya adalah karena dosis materi yang diberikan terlalu berat. Bayangkan saja, jika orang yang lagi sakit diberikan obat yang dosisnya over, apa jadinya kan? Bukan malah sembuh, justru sakit jantung, kaget, shock dan wajar kalo kemudian lari. Disarankan, berikan materi-‐materi di awal materi yang ringan, isinya, tapi sederhana penerapannya, misalnya membaca al-‐Qur’an, materi ini dapat diulang-‐ulang hingga motivasi anak didik untuk membaca Al-‐Qur’an tumbuh subur. Disarankan, hindari materi yang sensitif bagi mereka yang masih labil ini dengan suguhan materi tentang persoalan hukum, misalnya apa hukumnya berjilbab, hukumnya pacaran dan lain-‐lain, padahal materi pertama dalam Islam bukan itu. Tapi adalah TAUHID. Nyatakan dalam hati mereka semua, Tiada Tuhan Selain Allah, Nabi Muhammad Utusan Allah. Materi tentang hukum dapat mereka dengarkan dari pakarnya langsung, yakni para ustadz, agar mereka dapat mengetahui hingga ke dalil-‐ daililnya. Kita hanya pengantar menuju pintu hidayah saja…
Ciptakan suasana dan materi yang membuat mereka merasa ‘nyaman’ dengan dakwah ini, suguhkan materi-‐materi TAUHID, gempurlah terlebih dahulu benteng berhala dalam diri mereka yang sangat kuat itu. Hindarkan perbincangan tentang masalah fiqh atau hukum. Serahkan kepada para ustadz yang lebih faham dalil-‐dalil untuk menjawabnya
7. [Q] Jika kader semakin banyak, apa yang mesti saya lakukan?
[S] Alhamdulillah. Kader yang banyak bisa menjadi dua hal. Anugerah atau ujian. Artinya, banyak kader tidak menjamin persoalan dakwah berhenti. Persoalan tetap ada, hanya level-‐nya saja yang semakin menaik. Kita perlu belajar lebih banyak, bekerja lebih lama dan berfikir lebih keras untuk mengawasi dan menjaga kader yang banyak itu. Keuntungannya adalah kita akan mudah memobilisasi untuk sebuah kegiatan, kita ngga akan kekurangan orang. Tapi kader yang banyak juga membuat kerja kita semakin besar. Perencanaan kita mesti dirubah. Capaian target kita mesti diperbaharui. Dan tentu saja, akan makin banyak yang waktu kita untuk melakukan tugas-‐tugas rutin manajemen, seperti sinergi, koordinasi, rapat mingguan, bulanan, tahunan. Evaluasi, pokokna. prinsip-‐prinsip tim work mulai berlaku disana. Disarankan, mulailah untuk menambah wawasan kader tentang ilmu-‐ilmu manajemen, kepemimpinan dan ilmu-‐ilmu terapan praktis lainnya. Semua itu dapat meng-‐akselerasi dakwah kita. Di titik ini, tatkala kader sudah semakin banyak, tak satupun musuh yang dapat menghentikan laju dakwah kita. Ia bagaikan bola salju, semakin membesar dan terus membesar…Insya Allah dengan izin-‐ Nya….
Banyaknya kader bisa menjadi anugerah, bisa juga menjadi ujian, yang pasti, kita akan mulai disibukkan dengan kerja manajerial, koordinasi, rapat pekanan, bulanan, tahunan. Evaluasi, delegasi dan lain-‐lain…
Keuntungan banyak kader adalah, mudahnya kita melakukan mobilisasi jika ada kegiatan. Dan besarnya kekuatan kita untuk merangsek, mendesak kebathilan, terganjal untuk ‘ngetop’ di sekolah kita
Disarikan dari Buku Saku Dakwah Sekolah – Andri Zulfikar
0 komentar:
Post a Comment