Di sebuah surau sederhana,saudaraku, Giffari Alfarizy, mendatangiku dengan baju lengan panjang berwarna hijau.
Seperti biasa, kami mencoba saling berebut ucapan salam yg pertama, tapi giffari selalu menang.
Lalu beliau melangkah mendekati, Demi Allah suara derapnya menenangkan hati.
Dan kalimat pertama yang terucap sebelum kalimat apapun adalah, "Innii uhibbuk fillah" Subhanallah! tangannya lalu merebut telapak kananku untuk berjabat. Sejurus kemudian mendekap ringan sambil berbisik, "ayo ghaz, kita shalat malam"katanya
Isyaratnya mempersilakan saya untuk memimpin shalat. Beliau berdiri di sebelah kananku dan mengikuti takbir setelah takbirku. Hingga terbacalah surah alfatihah, dan aku merasa bahwa itulah al-fatihah terbaik yang pernah kubaca.
Lalu dengan syahdu beliau mengucap aamiin.. sebentar tertahan, dan langsung kulanjutkan membaca bagian akhir juz 28.
Perlahan kulalui setiap ayatnya. Hingga sampailah pada bacaan yang aku pun tidak tahu kenapa bacaannya bisa tersendat disana.. "Yaa ayyuhalladziina aamanuu tuubuu ilallaah, tuubuu ilallahi taubatan nashuuha.... Dst"
Hai orang2 beriman, bertaubatlah pada Allah dengan semurni-murninya pertaubatan. Mudah2an rabbmu menutupi kesalahanmu, dan memasukkan mu ke dalam surga,
Yang dibawahnya mengalir sungai. Pada hari ketika Allah tidak menghinakan para nabi dan orang mumin yg membersamainya.
Sedang cahaya mereka memancar.. di depan., dan sebelah kanan mereka..
Mereka sambil berkata.. "ya rabb, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami..."
Potongan firman-Nya dalam At-Tahrim..
Disitu bacaanku terhenti,
Deras air mataku mengalir,
Bulirnya sampai-sampai membuatku sulit membedakan mana yang nisbi dalam mimpi dan mana yang nyata..
Dipaksa lanjut pun tak kuasa.
Sengguknya terasa nyangkut di tenggorokan..
Lalu entah kenapa bayangan shalatnya sejurus hilang begitu saja,
Berganti bayangan diri yang sedang berdiri pada surau yang sama.
Saudaraku masih tetap membersamai..
Pun sengguk tangisnya masih tetap ada..
Giffari menenangkan, mendekap, sambil tak hentinya berucap.. "semoga Allah mengampuni kita.. Semoga Allah mengampuni kita ghaz"
aku coba bacakan lagi ayat yang barusan.
Jahr..
Beliau ikut membaca,
Sampai pada potongannya beliau malah ikut tersendat, ikut menangis,
Sengguknya bahkan lebih kencang..
Kami saling menenangkan, tapi malah semakin mencemaskan
Teringat semua salah khilaf. Belang hitamnya amalan kami.
Tangisnya membuat saya terbangun, lalu sadar.
Persuaannya hanya terjadi pada bunga tidurku..
Akh, ane rindu..
Ya Allah muliakanlah saudaraku,
Tutupi segala kesalahannya, dan ridhai amal baiknya..
Semoga Allah menempatkan kami, pada tempat istimewa..
Sehingga para nabi, rasul dan syuhada begitu cemburu akan kemuliaan tempatnya
Berdiri di atas menara dari cahaya.
Ghazi Azhari
Ba'da maghrib, 20 Juli 2013
0 komentar:
Post a Comment