Searching...
Select a Page
Saturday

image

 

                                         Sayyid Quthb dalam Fi Zhilalil Qur'an
 

Fenomena Alam yang Perlu Diperhatikan

Kemudian, di luar tenia beita besar yang mereka perselisihkan itu, dibawalah mereka untuk melaku-kan perjalanan yang dekat di alam semesta yang terlihat ini bersama sejumlah benda-benda yang berwujud, fenomenafenomena hakikat-hakikat, dan pemandangan-pemandangan yang menggetarkan hati yang mau merenungkannya

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا ﴿٦﴾ وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا ﴿٧﴾ وَخَلَقْنَاكُمْ أَزْوَاجًا ﴿٨﴾ وَجَعَلْنَا نَوْمَكُمْ سُبَاتًا ﴿٩﴾ وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا ﴿١٠﴾ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا ﴿١١﴾ وَبَنَيْنَا فَوْقَكُمْ سَبْعًا شِدَادًا ﴿١٢﴾ وَجَعَلْنَا سِرَاجًا وَهَّاجًا ﴿١٣﴾ وَأَنزَلْنَا مِنَ الْمُعْصِرَاتِ مَاءً ثَجَّاجًا ﴿١٤﴾ لِّنُخْرِجَ بِهِ حَبًّا وَنَبَاتًا ﴿١٥﴾ وَجَنَّاتٍ أَلْفَافًا ﴿١٦﴾

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, (6) dan gunung-gunung sebagai pasak?, (7) dan Kami jadikan kamu berpasang-pasangan, (8) dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat, (9) dan Kami jadikan malam sebagai pakaian, (10) dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan, (11) dan Kami bina di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh, (12) dan Kami jadikan pelita yang amat terang (matahari), (13) dan Kami turunkan dari awan air yang banyak tercurah, (14) supaya Kami tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tumbuh-tumbuhan, (15) dan kebun-kebun yang lebat? (16) (An-Naba’ : 6-16)

Perjalanan di hamparan alam semesta yang luas dengan lukisan-lukisan dan pemandangan-peman-dangannya yang besar, dikemas dengan kata-kata dan kalimat-kalimatsingkat Sehingga, memberikan kesan yang tajam, berat, dan mengena. la seakan-akan alat-alat pengetuk yang mengetuk bertalu-talu dengan liada berhenti dan tiada putusnya.

Kalimat tanya yang diarahkan kepada lawan bicara, yang menurut ilmu bahasa menunjukkan penetapan, memang merupakan bentuk kalimat yang sengaja dibuat demikian. Seakan-akan ia merupakan tangan kuat yang menggoncangkan orang-orang lalal Yakni, orang-orang yang mengarahkan pandangan dan hati mereka kepada himpunan makhluk dan fenomena-fenomena yang mengisyaratkan adanya pengaturan dan penentuan di belakangnya Juga mengisyaratkan adanya kekuasaan yang mampu menciptakan dan mengulang penciptaan itu kembali, dan mengisyarat-kan adanya hikmah yang tidak membiarkan makh-luk (manusia) tanpa pertanggungjawaban, tanpa dihisab, dan tanpa dibei pembalasan. Di sini, ber-temulah ia dengan beita besar yang mereka per-selisihkan itu.

Sentuhan pertama dalam perjalanan ini adalah tentang bumi dan gunung-gunung,

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, (6) dan gunung-gunung sebagai pasak?, (7) (An-Naba’ : 6-7)

Al-Mihaad"herarti dihamparkan untuk tempat berjalan di atasnya, dan hamparan yang lunak bagai-kan buaian. Kedua makna ini saling berdekatan. Ini adalah hakikat yang dapat dirasakan manusia apa pun tingkat kebudayaan dan pengetahuannya Sehingga tidak memerlukan pengetahuan yang banyak untuk memahaminya dalam bentuknya yang nyata.

Keberadaan gunung-gunung sebagai pasak bumi itu merupakan sebuah fenomena yang dapat dilihat oleh mata orang pedalaman sekalipun. Baik yang ini (bumi dengan hamparannya) maupun yang itu (gunung yang menjadi pasak bumi) memilikikesan tersendiri di dalam perasaan apabila jiwa manusia diarahkan ke sana untuk merenungkannya.

Akan tetapi, hakikat ini lebih besar dan lebih luas jangkauannya daipada apa yang diperkirakan oleh manusia badui (pedalaman) ketika ia semata-mata menerima dengan indranya. Setiap kali meningkat dan bertambah pengetahuan manusia tentang tabiat alam dan perkembangannya, maka semakin besar-lah kesannya terhadap ini di dalam jiwanya. Lalu, mengerilah ia bahwa di balik itu terdapat kekuasaan Dahi yang agung dan rencana-Nya yang halus penuh hikmah. Demikian juga dengan adanya kesesuaian antara anggota-anggota alam semesta ini dan ke-butuhan-kebutuhannya, beserta disiapkannya bumi ini untuk menerima kehidupan manusia dan meng-asuhnya. Juga disiapkannya manusia untuk menye-suaikan diri dengan lingkungannya dan untuk saling mengeri.

Dihamparkannya bumi bagi kehidupan, dan bagi kehidupan manusia secarakhusus, menjadi saksi tak terbantahkan yang memberikan kesaksian akan adanya akal yang mengatur di balik alam wujudyang nyata ini. Karena itu, rusaknya salah satu kerelevan-an penciptaan bumi dengan semua kondisinya, atau rusaknya salah satu kerelevanan penciptaan ke-hidupan untuk hidup di bumi, maka ker usakan di sini ataupun di sana tidak akan menjadikan bumi sebagai hamparan. Juga tidak akan ada lagi hakikat yang diisyaratkan oleh Al-Qur'an secara global, untuk di-menger ti oleh setiap manusia sesuai dengan tingkat ilmu dan pengetahuannya.

 

                                         Hamka dalam Tafsir Al - Azhar
 

Alangkah Hebatnya Penciptaan Tuhan

Dengan sepuluh ayat, dari ayat 6 sampai ayat 16 terbukalah kepada kita bagaimana caranya Allah mendidik dan membawa manusia kepada berfikiran luas, agar dia jangan hanya terkurung dalam batas-batas fikiran sempit, sehingga dia tidak tahu jalan mana yang harus dilaluinya supaya dia bertemu dengan jawaban soal besar yang dipertanya-tanyakan itu.

Insafilah dimana engkau tegak sekarang, karena kehendak siapa engkau datang ke dalam hidup ini: “Bukankah telah Kami jadikan bumi itu terbentang?” (ayat 6).

“Bumi terbentang” – suatu ungkapan yang Maha Indah dari Allah sendiri. Boleh juga disebut bumi terhampar, laksana menghamparkan permadani, yang kamu Insan diberi tempat yang luas buat hidup di atas bumi yang dibentangkan itu. Untuk siapa bumi itu, kalau bukan untuk kamu? Dan segala yang ada di dalamnya pun boleh kamu ambil faedahnya. Maka dalam kata-kata mihaada, yang kita artikan terbentang itu terasalah satu penyelenggaraan dan satu persilahan: ambilah faedahnya.

 

 

                                         Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir
 

Kemudian Allah Tabaaraka wa Ta ' ala beranjak menjelaskan ke-kuasaan-Nya yang agung untuk menciptakan berbagai hal aneh dan segala sesuatu menakjubkan yang menunjukkan kekuasaan-Nya atas segala sesuatu, baik itu menyangkut hari Kiamat maupun yang lainnya. Oleh karena itu, Dia berfirman,    "Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai bamparan" Yakni terhampar bagi semua makhluk, dibentangkan bagi mereka sehingga bumi menjadi tenang, diam dan permanen.

 

                                         Tafsir Jalalain
 

006. (Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan) yakni terhampar bagaikan permadani.

 

                                         Hidayatulhaq.wordpress.com
 

أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا

6. Bukankah Kami jadikan bumi suatu hamparan yang luas.

وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا

7. Dan gunung-gunung sebagai pasak?

Ayat 6 sampai 16 memiliki makna yang sama. Allah sedang menunjukkan bukti dari kesempurnaan penciptaan dan sifat siklis dari penciptaan tersebut. Bukankah bumi menjadi hamparan luas yang meringankan gerak kita sehingga kita dapat mencari penghidupan, dan bukankah gunung-gunung itu pasaknya? Secara geologis, gunung-gunung bagaikan pilar-pilar terpendam yang merekatkan lapisan kerak bumi yang renggang sehingga aman dan stabil.

 

Ayat yang lain :

0 komentar:

Post a Comment

« »
Get widget