Itulah kelompok ke-6 yang telah ia 'hancurkan'. Kelompok 1,2,3,4,5, yang sebelumnya, hanya satu atau dua orang binaannya yang istiqomah sampai akhir. Kalau bukan karena kewajiban membina diri dengan cara membina orang lain, pastilah di kelompok ke-6 itu, ia tidak mau lagi membina. Cukup sudah, terlalu menyakitkan menyaksikan satu persatu dari mereka berguguran. Sampailah ia pada kelompok ke-7 yang ia bina dengan hati-hati, belajar dari pengalaman sebelumnya. Dan hari ini ia hampir tidak percaya, seluruh dari mereka telah menjadi da'i yang muntij, bahkan salah satunya ia lihat sedang berdiri di podium sana, memimpin umat di negeri ini.
Itulah sepenggal kisah yang pernah saya dengarkan pada suatu pelatihan untuk murobbi. Pada saat itu sang muwajih ingin menyampaikan kepada kami, sebagai seorang murobbi kita harus tahan banting, jangan menyerah dan teruslah membina. Seperti kisah al akh yang selalu menjadi 'penghancur' kelompok di atas, para mutarobbi yang ia bina selalu 'hilang' dan tidak bertahan. Mungkin ada, tapi jumlahnya hanya segelintir saja. Putus asa? tentunya. Ia merasa menjadi seorang pribadi yang sangat buruk, tidak bisa diandalkan. Namun ia ingat bahwa membina pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri, maka dari itulah ia terus membina.
Kalau orang lain tau kita ini aslinya seperti apa, beserta banyak kemaksiatan yang kita lakukan ketika sendiri, pastilah tidak ada yang mau mendengar sepatah kata pun yang kita katakan. Namun ternyata Allah telah menutup keburukan kita sedemikian rupa sehingga ada orang-orang yang masih mau mendengarkan kita, masih mau kita bina. Jika pada akhirnya ada juga yang istiqomah dibina, tentu Allah yang mempersatukan hati-hati kita dan memudahkan kita membuka pintu hatinya.
Jadi murobbi jangan cengeng.
Saat kita datang pertama kali berkenalan dengan mutarobbi baru kita, tentu tingkat optimisme kita mencapai puncak. Pada saat itu kita berharap bahwa 100% dari mereka akan mampu untuk istiqomah sampai nanti. Namun terimalah bahwa jarang sekali hal itu terjadi. Selalu ada saja dari mereka yang memilih untuk berhenti dan juga tidak suka kepada kita dan cara pembinaan ini. Jangan cengeng, teruslah membina. Jangan kecil hati terhadap jumlah. Kita memang perlu jumlah orang yang banyak, namun yang lebih diperlukan lagi adalah orang-orang yang secara pribadi mampu untuk memikul tanggung jawab yang banyak.
Pun ketika mereka tidak kunjung berubah, teruslah membina, jangan berhenti. Jika kita merasa telah mengerahkan segala kemampuan dan doa kita, tunggulah saatnya, di suatu waktu mereka pasti berubah menjadi seseorang yang tidak disangka-sangka akan memberi banyak kebaikan. Seperti cerita al akh di atas, ia tidak tau apa yang akan terjadi di masa depan, yang ia lakukan hanyalah terus membina dan tidak berhenti. Seperti sebuah ungkapan, duduklah bersantai menunggu daun meninggi, karena akar telah menghujam ke bumi.
Bahkan pula jika para mutarobbi kita terang-terangan menganggap kita kurang ilmu, kurang ber-ruh, kurang ramah, kurang mengayomi, dan lain halnya, teruslah membina, jangan berhenti. Bisa jadi inilah tarbiyah langsung dari Allah untuk kita agar kita menjadi pribadi muslim yang lebih baik, bukan murobbi yang ingin mencari ketenaran. Segala sesuatu yang kita lakukan, sesungguhnya akan berpulang pada diri kita sendiri, 'In Ahsantum, ahsantum, li anfusikum', jika kamu berbuat baik, sesungguhnya kamu telah berbuat baik untuk dirimu sendiri. Teruslah membina, jangan berhenti.
Tidak semua yang terlihat oleh mata menjelaskan hal yang sebenarnya. Belum tentu seorang murobbi dengan kehadiran 8 orang mutarobbi lebih baik daripada 3 mutarobbi. Bisa jadi murobbi pertama mampu untuk memincut mutarobbinya lewat retorika, lewat cerita-cerita heboh, namun belum tentu ia tengah menanam akar pemahaman islam mereka. Sedang murobbi ke dua, meskipun hanya 3 orang yang konsisten, namun memupuk mereka lewat aqidah yang lurus. Ia hanya perlu memanjatkan banyak doa, agar semua berjalan sebagaimana mestinya.
Segala kendala saat membina, jangan menjadikan kita enggan untuk melakukannya. Kendala adalah tantangan, dan tantangan ada untuk diraih, bukan dihindari. Teruslah membina, jangan berhenti.
0 komentar:
Post a Comment