Searching...
Select a Page
Sunday

1404408_10152830628317837_873706016_o

 

                                         Oleh Solihin pada Gaulislam.com
 

Akankah kita terus bengong ngadepin segala permasalahan hidup yang udah bikin kita sengsara? Akankah kamu malah cuek ngeliat kondisi sekitar yang carut-marut nggak karuan? Hentikan diam kita sobat! Buruan bangun dan sadarkan diri. Jangan sampe terlambat sadar setelah segalanya berakhir. Ayo, sekarang juga nyadar dan berbenah!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam, kamu pernah nggak sakit or ngeliat orang yang sakit? Misalnya, menderita sakit yang berat. Biasanya, penampilan yang muncul selalu yang jelek-jelek dong. Badan kurus kering, rambut rontok, kulit borok-borok, napas udah senen-kemis, degub jantung aja lemah banget. *nih hiperbolis banget ya?

Nah, kondisi masyarakat kita sekarang juga nggak jauh beda dengan orang yang sedang sakit. Tanda-tandanya apa? Angka kejahatan terus membesar, perjudian, pelacuran, kemiskinan yang grafiknya kian meningkat, biaya pendidikan yang kian mahal, pejabat pemerintah yang doyan korupsi, ekonomi yang morat-marit, perpecahan di mana-mana, kerusuhan seperti udah nggak kenal lelah, hiburan bertabur maksiat kian marak (baik di tayangan tv maupun lingkungan kita sendiri), dan beragam kemaksiatan lainnya udah jadi label yang lengket dan kayaknya sulit banget untuk dihapus dari masyarakat kita.

Sumpah, siapa sudi sih hidup kayak begini? Andai semua orang tahu kalo masyarakatnya sedang sakit, kayaknya bakalan cepet berusaha untuk menyembuhkannya. Seperti halnya, kalo yang sakit tubuh kita sendiri. Biasanya, kita langsung trengginas berobat ke dokter. Sayangnya, sebagian besar masyarakat nggak ngeh dengan penyakit yang mendera kehidupan ini. Atau karena mereka menjadi bagian dari penyakit itu? Wah, sangat boleh jadi, dan itu artinya nggak bakalan merasakan kejanggalan tersebut, dong? Tepat sekali.

Akibatnya, sebagian ada yang berusaha untuk memberikan penyembuhan, eh, sebagian yang lain, yang emang pelaku kemaksiatannya malah kalap dan nolak mentah-mentah, bahkan pake ngancem segala. Kayak bujangan yang lagi seneng ngimpi ketemu puteri cantik dan dikipasin segala di taman yang indah, eh, kita malah ngebangunin dia. Udah untung nggak disepak juga. Padahal, kalo kita pikir-pikir, kesenangan tersebut cuma mimpi. Semu pula.

Sobat muda muslim, idealnya nih, karena sedang sakit berarti butuh dokter dong? Tepat sekali. Dan biasanya, kalo orang udah sadar dengan penyakitnya, maka ia akan berusaha untuk menyembuhkannya. Bahkan boleh jadi taat banget sama anjuran dokter. Misalnya aja dokter memberi resep agar obat ini diminum sehari tiga kali, obat yang itu diminum setelah makan siang, obat lain lagi diminum dua hari sekali. Selain itu, kudu getol menjaga kesehatan badan, misalnya dianjurkan untuk olahraga ringan di pagi hari. Ada makanan yang pantang untuk dimakan, guna mempercepat proses penyembuhan. Bahkan bila sang dokter menganjurkan untuk ngecek kesehatan secara rutin tiap bulan pun akan dilakukan. Kenapa? Karena dia sayang sama badannya.

Nah, ini juga bisa diumpamakan kepada kehidupan masyarakat, lho. Bener. Jadi, kondisi masyarakat yang tengah sakit ini butuh dokter dan obat sebagaimana halnya kalo tubuh kita lagi nggak enak body. Tentu tujuannya supaya masyarakat ini bisa sembuh dari penyakit yang selama ini dideritanya. Itu sebabnya, kita kudu berusaha untuk sadar dan peduli masyarakat sekitar, lalu ikut membenahi mereka. Siap ya!

Kita selamatkan kaum muslimin

Bro en Sis ‘penggila’ gaulislam, ini memang tugas kita untuk menyelamatkan mereka. Bukan sok tahu, bukan pula sok jagoan, apalagi sok suci. Nggak. Kita mencoba empati dengan keadaan teman-teman kita yang masih berada dalam kegelapan. Bukan apa-apa, kita bisa begini ‘hebat’, tahu ini dan tahu itu, juga dengan melalui proses yang amat panjang dalam hidup ini. Kita bisa merasakan bagaimana nikmatnya saat kita berhasil melaksanakan kewajiban. Nggak sedikit dari kita yang menjalani proses yang amat panjang pula dalam belajar, sehingga jadi tahu kalo kita melakukan perbuatan yang dilarang dalam ajaran Islam adalah haram, dan jelas dosa. Seharusnya tertanam pula niat dan berupaya agar bisa menghindari aktivitas terlarang tersebut.

Nah, jadi jangan putus asa untuk bisa menjadi penerang orang-orang yang sedang berada dalam kegelapan. Kita coba dekati dan sadarkan mereka. Kita sampaikan kebenaran Islam dengan jelas dan tegas. Apalagi, kita sebagai seorang muslim dituntut untuk melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar. Itu kan dalam upaya menyelamatkan mereka. Tul nggak? Meski berat terasa dalam mendakwahkannya, namun tetap harus kita lakukan. Soalnya nih, kalo kita mendiamkan, alamat kita juga bakalan kena dampaknya. Bener, Bro en Sis!

Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum/masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemungkaran) adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR Bukhari)

Dalam riwayat lain, Rasulullah saw. bersabda: “Apabila zina dan riba telah merajalela di suatu negeri, maka rakyat di negeri itu sama saja telah menghalalkan dirinya untuk menerima azab dari Allah.” (HR Ath Thabrani, al-Hakim dari ibnu Abbas)

Sobat gaulislam, kita sering mengkritisi keadaan bukan berarti tanda benci, apalagi antipati, tapi menunjukkan sikap empati dan peduli. Tul nggak? Apalagi yang melakukan maksiatnya teman sendiri, atau tetangga sendiri, bahkan mungkin saudara sendiri. Jadi jangan dimusuhi, tapi kita dekati, kita sadarkan. Semoga menjadi jalan mereka mendapatkan hidayah Allah Swt melalui kita. Insya Allah.

Allah Swt. memberikan kabar gembira kepada orang-orang beriman yang mengerjakan amar ma’ruf nahi munkar dalam firmanNya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan RasulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS at-Taubah [9]: 71)

Tapi gimana kalo setelah kita menggunakan cara yang baik tapi mereka tetep ngeles dan bahkan galak? Ya, bersabar saja. Tugas kita kan menyampaikan. Tapi tetap jangan menyerah. Teruskan perjuangan kita, meski barangkali sekadar menuliskannya seperti dalam buletin kesayangan kamu ini. Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa di antara kalian melihat suatu kemunkaran, maka hendaklah ia mengubahnya dengan tangannya; maka bila ia tidak mampu, maka dengan lidahnya, dan kalau tidak mampu maka dengan hatinya, dan yang demikian itu adalah selemah-lemah iman.” (HR Muslim)

Bro en Sis, untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar butuh waktu, tenaga, pikiran, dan juga ilmu. Itu memang konsekuensi. Tapi yang jelas prosesnya harus kita lakukan. Perkara hasil serahkan saja kepada Allah Swt. Meski demikian, bukan berarti kita nggak perlu hasil. Itu sebabnya, sambil amar ma’ruf nahi munkar, kita juga nyari trik-trik jitu buat mencapai hasil maksimal dari usaha dakwah kita. Iya kan?

Nah persoalannya bisa tambah runyam kalo kita ternyata cuek dan malah ogah melakukan amar ma’ruf nahi munkar. Walah, bahaya banget tuh. Meski kita ngaku-ngaku cinta sama Islam dan kaum Muslimin, tapi pelaksanaannya di lapangan malah ogah beramar ma’ruf nahi munkar, itu namanya tulalit. So, jangan bilang cinta sama kaum muslimin kalo ternyata dakwah aja nggak mau. Betul?

Ayo dakwah!

Ada beberapa tips sederhana agar kita senantiasa semangat membina diri dengan Islam demi kelancaran dakwah Islam nantinya:

Pertama, pancangkan niat. Niat akan berpengaruh dalam membentuk tujuan kita selama berbuat. Niatkan untuk ibadah dan menggugurkan kewajiban.

Kedua, ciptakan suasana yang menyenangkan. Cobalah kemas dengan baik supaya tercipta suasana yang menyenangkan dalam kajian Islam. Bisa materinya yang tidak berat, minta dihadirkan guru ngaji yang tidak teks book ketika mengajari kita dan teman-teman. Intinya, guru ngajinya gaul alias bisa nyetel dengan gaya remaja, tapi tetep syar’i dan juga mabda’i alias ideologis.

Ketiga, jalani dengan rileks dan rutin. Rileks akan membuat kita tak banyak beban. Rutinitas akan membentuk kebiasaan kita. Awalnya, memang perlu sedikit paksaan. Niat kita akan membuktikannya.

Keempat, bagi waktu antara ngaji dan belajar sekolah. Jangan biarkan kesempatan mengkaji Islam sirna gara-gara hanya fokus urusan sekolah dan lainnya. Karena dua-duanya sama-sama wajib. Bahkan menuntut ilmu Islam wajib ain alias tak bisa diwakilkan kepada orang lain. Kita harus belajar untuk kepentingan kita sendiri agar tidak rugi di akhirat kelak.

Kelima, tumbuhkan kebersamaan. Ikut kegiatan dakwah dan pengajian akan membentuk karakter kita. Tidak boleh individualis, tapi sebaliknya menumbuhkan kebersamaan. Satu lagi, kita boleh beda dengan teman lain, tapi jangan membedakan diri. Cobalah untuk lebih serius membangun kebersamaan ketimbang menyuburkan perbedaan. Catet ya!

Oke Bro en Sis, ayo bergerak untuk belajar dan berani berdakwah. Jangan bengong aja, apalagi tidur melulu. Stop maksiat, segera sadar dan ayo berbenah untuk kebangkitan Islam. [solihin | Twitter: @osolihin]

gaulislam edisi 279/tahun ke-6 (17 Rabi’ul Akhir 1434 H/ 25 Februari 2013)

0 komentar:

Post a Comment

« »
Get widget