Searching...
Select a Page
Saturday

1-img_6572

 

                                         Pemudamuslim.com
 

Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga terus terlimpah kepada hamba dan rasul-Nya, da’i yang mengajak kepada keridhaan-Nya. Amma ba’du.

Para pemuda muslim yang dirahmati Allah, sebagian kita mungkin belum mengetahui apa itu rohis? Rohis itu singkatan dari kerohanian Islam. Lembaga ini biasa ada pada sekolah-sekolah SMU atau pun di level yang lebih tinggi seperti dunia perkuliahan atau bahkan di sebagian perusahaan dan instansi. Lembaga ini berfungsi untuk mengatur pengadaan kegiatan Islam dan kajian-kajian di sekolah atau lingkungan tertentu.

Ada apa dengan rohis? Oke, tentu masih lekat di ingatan kita beberapa waktu silam tentang isu ini. Rohis dituduh telah menjadi sarang berkembangnya pemahaman teroris alias Islam garis keras bin radikalisme. Isu ini sempat marak bahkan membuat heboh dunia pemberitaan dan media massa tanah air.

Nah, pada kesempatan yang amat berbahagia ini -berhubung coretan ini kami tulis pada tanggal 9 Dzulhijjah atau hari Arafah 1434 H- kami ingin mengajak antum [kalian] untuk sedikit menoleh dan merenungkan seputar isu strategis ini. Mudah-mudahan bisa melahirkan kembali semangat memperbaiki dan memupuk budaya saling menasihati.

Baiklah, sebelum lebih jauh mengupas masalah ini, ada baiknya kita mengingat tentang sebuah hadits yang mulia. Dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

“Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing seperti masa kedatangannya, maka beruntunglah orang-orang yang asing/al-Ghuroba’ itu.” (HR. Muslim)

Memang, dakwah Islam ini membutuhkan tingkat ketabahan dan keteguhan yang besar. Seperti dalam ungkapan orang arab ‘man tsabata nabata’ artinya ‘barangsiapa yang tegar dan sabar maka dia akan tumbuh dan berkembang’. Di tengah kerasnya pergolakan pemikiran dan sengitnya pertikaian pemahaman, mengikuti dan memegang teguh Islam jelas memerlukan kesabaran dan keuletan.
Bukankah Allah ta’ala telah berfirman (yang artinya),

“Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)

Sahabat semua tentu pernah mendengar surat yang agung ini bukan? Sebuah surat yang dikomentari oleh Imam asy-Syafi’i rahimahullah, “Seandainya umat manusia mau merenungkan isi surat ini niscaya hal itu cukup bagi mereka.” Mengapa? Sebab di dalam surat ini Allah telah menjelaskan kepada kita kunci-kunci kesuksesan dan kebahagiaan hidup. Apa itu?! Ya, ada empat kunci sukses di dalam surat ini, yaitu:

Pertama, iman.

Antum [kalian] pasti sudah tahu apa itu iman. Iman adalah pembenaran di dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan anggota badan. Seperti yang pernah digambarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Iman itu terdiri dari tujuh puluh lebih cabang. Yang tertinggi adalah ucapan laa ilaha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah salah satu cabang keimanan.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di masa kita hidup sekarang ini jangan kira iman itu semakin mudah untuk dijaga dan dipertahankan. Apalagi bagi kalian para pemuda yang mendapatkan gempuran gaya hidup dan jurus-jurus penyesatan dari berbagai arah dan di berbagai kesempatan.

Oleh sebab itu jangan kamu heran jika ada hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan tentang pemuda hebat yang mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat. Siapakah gerangan dia? Apakah seorang selebritis kondang yang menjadi pujaan gadis-gadis kampung seberang, ataukah seorang pemain bola legendaris yang telah ratusan kali berhasil menjebol gawang lawan dan memukau penonton dengan umpan dan tendangannya yang mematikan?! Ooh… ternyata bukan!
Ternyata pemuda hebat itu adalah,

“Seorang pemuda yang tumbuh berkembang dalam ketekunan beribadah kepada Rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Inilah kiranya yang membuat derajat mereka mulia di sisi-Nya. Ketekunan dan ketaatan mereka dalam beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Coba kita bandingkan dengan keadaan banyak muda-mudi jaman ini yang hobinya nongkrong di Mall-Mall. Coba kita bandingkan dengan sebagian remaja yang demen hura-hura, malam mingguan sambil begadangan tidak jelas acara dan manfaatnya.

Aduh… kasihan sekali ya.. sayang kalau hidup dan kesempatan ini terbuang dengan percuma apalagi hanya semakin menambah perbendaharaan gudang dosa dan maksiat kepada-Nya. Seperti itukah potret dan profil pemuda ideal dan generasi muda harapan bangsa?!

Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengingatkan,

“Ada dua buah nikmat yang banyak orang tertipu oleh keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Bukhari)

Hidupmu berapa kali di alam dunia ini sobat? Tiga kali atau tujuh kali? Ya, bukan itu semua jawabannya. Sebab hidup kita di alam dunia ini cuma sekali. Kita semua sepakat akan hal itu. Hanya saja, hidup yang sekali ini harus kita isi dengan keimanan, keikhlasan dan kepatuhan kepada bimbingan Islam yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan sampai kita malah semakin memperburuk wajah dunia ini dengan kerusakan dan kezaliman.

Seperti yang digambarkan oleh Allah mengenai orang-orang munafik (yang artinya),

“Jika dikatakan kepada mereka; ‘Janganlah kalian melakukan kerusakan di atas muka bumi’. Mereka menjawab; ‘Sesungguhnya kami ini hanyalah orang-orang yang memperbaiki’. Ketahuilah, sesungguhnya mereka itulah para perusak yang sebenarnya, akan tetapi mereka tidak menyadari.” (QS. Al-Baqarah: 11-12)

Oke, kita kembali ke masalah iman tadi. Bagi seorang pemuda muslim, apalagi yang mendapatkan gelar atau predikat sosial sebagai aktifis, keimanan adalah sebuah keniscayaan. Apalah artinya kegiatan dan program yang kita canangkan jika tidak menambah keimanan atau bahkan justru memporak-porandakan sendi keimanan?!

Hal ini patut dan harus kita kaji dan renungkan bersama. Sebab, mengobarkan semangat tanpa landasan iman dan pemahaman yang lurus akan cenderung membawa kepada kerusakan dan kekacauan. Seperti yang sempat diungkapkan oleh sebagian ulama kita, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu maka apa yang dia rusak justru lebih banyak daripada apa yang dia perbaiki.” Termasuk dalam cakupan ibadah yaitu dakwah.

Banyak kita lihat dakwah digelar, program ditebar, proposal disebar, rapat akbar diadakan tanpa membawa buah iman dan semangat ketaatan. Seperti yang pernah dituturkan oleh sebagian simpatisan gerakan dakwah tertentu, bahwa sekian lama berkumpul tidak ada yang dibahas kecuali bagaimana caranya untuk bisa memenangkan pilkada alias meraup suara sebanyak-banyaknya. Seolah mereka sudah terjebak dengan ideologi ‘suara rakyat suara tuhan’ yang telah membuat kacau pikiran banyak manusia.

Inilah fakta yang tak bisa dipungkiri. Sampai-sampai sebagian sesepuh mereka pernah berkomentar, “Sekarang sudah punya partai berani tidak dakwah tauhid?!” Apa sesungguhnya hikmah yang bisa kita petik dari ini semuanya wahai ikhwah/saudara-saudara?
Baiklah, kita tidak sedang menyudutkan gerakan dakwah tertentu atau person tertentu. Kita hanya ingin mengingatkan kembali tentang nasihat emas dari seorang imam ahli hadits yaitu Imam Bukhari rahimahullah dalam kitab Sahih-nya, ‘Bab. Ilmu sebelum berkata dan berbuat.’ Demikian juga kita ingin kembali menyegarkan ingatan antum sekalian tentang hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya akan Allah pahamkan dalam urusan agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Wah kita kena lagi nih…” Mungkin semacam itu komentar yang muncul. Lho, sabar dulu, tunggu sebentar… marilah kita pikir dengan akal sehat dan pikiran yang jernih. Apa sebenarnya tugas dan kewajiban kita di alam dunia ini, sobat?

Allah ta’ala telah menegaskan (yang artinya),

“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Oke, berarti tujuan hidup kita dan sekaligus tugas dan kewajiban kita selama hayat dikandung badan adalah untuk beribadah kepada Allah semata. Pertanyaan kita selanjutnya adalah apa itu ibadah? Apakah ibadah hanya terbatas sholat lima waktu, puasa ramadhan, ibadah haji, zakat, itu saja? Ya, ibadah itu memang luas maknanya.

Ibadah mencakup segala ucapan dan perbuatan yang diridhai dan dicintai Allah. Baik hal itu tampak maupun tersembunyi. Nah, dari sini kita akan bisa mengerti mengapa perhatian para ulama kita sangat besar terhadap masalah akidah dan keimanan. Karena akidah dan keimanan adalah pondasi agama seorang hamba. Tidak akan lurus dan kokoh agamanya apabila tidak ditegakkan di atas akidah dan iman yang benar.

Pemuda muslim yang dirahmati Allah, tak terasa waktu sudah berjalan beberapa menit lamanya. Tidak bijak rasanya jika pembicaraan ini kita tambah, khawatir membuat telinga sebagian orang semakin panas dan merasa gerah. Okelah, insya Allah akan kita lanjutkan lain kali. Semoga Allah mencurahkan taufik-Nya kepada kita di atas jalan-Nya.

Sampai jumpa dalam liqo’/pertemuan selanjutnya. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

 

0 komentar:

Post a Comment

« »
Get widget