Binaan saya yang ini, anaknya periang, cantik, juga lucu. Banyak yang naksir, juga banyak yang tepe tepe kepadanya, itu cerita dia. Pada kegusarannya akan fitnah lelaki, saya menaruh kepercayaan bahwa dia bisa menjaga keistiqomahannya tanpa harus saya wanti-wanti macam-macam.
Sampai suatu ketika, sudah berapa pertemuan ia tak datang. Saya bertanya-tanya kepada binaan saya yang lain. Awalnya mereka tidak mau menjawab, tapi di suatu hari seseorang (sebut saja Mawar) akhirnya membuka mulut, ".. kayanya.. dia lagi jatuh cinta deh teh sama si fulan". Saya agak-agak kaget, terlebih karena fulan yang dimaksud adalah seorang kadiv pada sebuah amanah da'wah, terkenal qowiy, juga termasuk kandidat mas'ul pada pemilihan lalu, meskipun sekarang ia hanya kadiv saja.
Saya tidak langsung men-judge binaan saya itu, sebenarnya. Ia mungkin saja hanya terkena cinta monyet biasa. Namun Mawar, teman sekelompoknya itu meneruskan lagi perkataannya, "mereka suka sms-an pribadi teh.. pagi-pagi, malem-malem, nanya udah tidur atau belum, bahkan kasih tausiyah tapi romantis. Fulanah yang cerita.. katanya dia binguungg harus gimana..". Kepala saya langsung meneleng ke kanan, tanda 'gubrak'. Tausiyah kok ya romantis? bocah.. bocah.. ya ya ya.. kalau suka-sukaan aja dalam hati sih masih ngga apa-apa. Tapi kalau udah ada follow up berupa tindakan seperti itu, hem.. agaknya perlu dibantu untuk diingatkan. Apalagi fulanah ini nampak memiliki perasaan yang sama, soalnya biasanya dia tidak pernah membalas respon atas ikhwan-ikhwan sebelumnya. But, how? bagaimana cara membantu dengan lembut dan tetap menghargai fitrahnya sebagai seorang manusia? namun tanpa membiarkannya terus melaju ke tempat yang mungkin saja mengecewakannya suatu saat, karena si fulan mungkin bukan takdirnya?
Akhirnya saya buat sebuah skenario. Hari itu agenda liqo kami hanya curhat dan makan-makan saja. Dengan harapan, binaan saya tersebut mungkin akan cerita seperti biasa, bahwa ia gusar akan banyak lelaki yang terus mengejar-ngejar dia, termasuk si fulan. Lalu kami bisa menawarkan solusi untuknya.. Tapi hari itu dia tidak datang. Hati saya agak-agak mencelos dikit.
Sekian lamanya kami tidak bertemu, hingga suatu pertemuan dia datang kembali. Ceria seperti biasa, bercerita dan bertanya seperti biasa, seperti tidak terjadi apa-apa. Huah, saya senang bukan main. Maka saat hanya tersisa 1 orang di akhir pertemuan, yaitu Mawar, ia bercerita,
mawar : udah dia 'putusin' teh, si kadiv.. fulanah cerita..
saya : hoh? iya? gimana dia bilang?
mawar : dia bilang, "apalah saya ini? orang soleh seperti fulan punya masa depan yang baik, jangan sampai rusak oleh seorang saya..."
saya jadi terharu biru dengarnya. perkataan itu muncul mulut mereka, remaja polos itu..
subhanallah..
semoga bisa jadi pelajaran bagi kita semua ya :)
#tidaklah dua orang pria dan wanita berukhuwah, melainkan keduanya menjaga agar tidak ada salah satu di antaranya yang lemah hatinya
0 komentar:
Post a Comment