#kajianWA : " Apa itu Israiliyat? " | by @yedich
Dalam kajian terdahulu disebutkan bahwa para pemalsu hadits kadang mengambil kisah-kisah israilliyat dalam memalsukan hadits, kisah-kisah israilliyat juga akan banyak kita temukan dalam kitab-kitab tafsir, sehingga membahas israilliyat ini akan menjadi penting bagi kita :)
PENGERTIAN ISRAILIYAT
Secara etimologis, israiliyat adalah bentuk jamak dari kata tunggal israiliyah, yakni bentuk kata yang dinisbatkan pada kata israil yang berasal dari bahasa Ibrani, "ISRA" yang berarti hamba dan "iL" yang bermakna Tuhan.
Dalam perspektif histories, Israil berkaitan dengan Nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim a.s, di mana keturunan beliau yang berjumlah dua belas itu di sebut Bani Israil.
(Ibn Qayyim Al-Jauziyah: -Sukardi KD,Ed:, Belajar Mudah ‘Ulum Al Quran;277)
Ibn Katsir dan lainnya menyebutkan dalil Bahwa Ya’qub adalah Israil melalui hadis riwayat Abu Dawud At-Thayalisi dalam Musnadnya dari Ibnu Abbas bahwa sebagian orang Yahudi mendatangi Nabi s.a.w. Lalu beliau bersabda (kepada mereka)”apakah kalian mengetahui bahwa Israil adlah Ya’qub?” mereka menjawab,”Ya”, dan Nabi bersabda, saksikanlah”
( Cerita-cerita Populer Tapi Palsu, Izzuddin AlKarimi/penerj; h.27)
===============
Sahabat Itsar, dari pengertian diatas ternyata israil itu artinya "Hamba Tuhan" yang dalam hal ini dinisbatkan pada nabi Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim a.s , sehingga kita jangan sampai salah dalam menggunaka istilah dan bahasa yang kita pakai, misalnya dalam demo.
===============
kita lanjut pembahasan kita, Shanggup?
Secara istilah Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullaahu, Israiliyat adalah kabar-kabar yang kebanyakannya dinukilkan dari orang-orang Yahudi Bani Israil dan sebagian kecil berasal dari orang-orang Nashara.
PEMBAGIAN KISAH-KISAH ISRAILIYAT
1. Yang diakui kebenarannya dalam Islam.
Berita israiliyat semacam ini boleh dibenarkan. Dan yang menjadi standar dalam hal ini adalah dalil Alquran atau hadis shahih. Di antara contohnya adalah hadis dari Ibnu Mas’ud, bahwa ada seorang pendeta Yahudi yang mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan mengatakan,
“Wahai Muhammad, kami mendengar bahwa Allah menjadikan langit di satu jari dan semua makhluk juga di salah satu jari. Lalu Allah berfirman: “Sayalah Raja. ”Mendengar hal ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung tertawa, sehingga terlihat gigi geraham beliau, karena membenarkan ucapan si pendeta. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca firman Allah :
“Mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Az-Zumar: 67)
(HR. Bukhari 4437 )
2. Yang didustakan dalam Islam.
Kedua, berita yang didustakan dalam Islam; berita semacam ini statusnya batil, dan wajib diingkari. Misal, Nabi Isa adalah putra Allah, atau seperti yang disebutkan dalam hadis Jabir berikut:
“Orang Yahudi mengatakan, jika seorang suami mendatangi istrinya dari belakang maka anaknya nanti juling.”
Kemudian Allah dustakan anggapan orang Yahudi ini dengan menurunkan firman-Nya:
“Istri kalian addalah ladang bagi kalian, maka datangilah ladang kalian, dari mana saja yang kalian inginkan.” (QS. Al-Baqarah: 223)
(HR. Bukhari 4164)
3. Berita yang tidak dibenarkan dan tidak didustakan dalam Islam
Status berita semacam ini disikapi pertengahan (tawaquf), tidak boleh didustakan, karena bisa jadi itu benar, dan tidak dibenarkan, karena bisa jadi itu dusta.
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Orang ahli kitab membaca Taurat dengan bahasa ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada kaum muslimin.”
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah kalian membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakannya, namun ucapkan:
Kami beriman dengan kitab yang diturunkan kepada kami (alquran) dan kitab yang diturunkan kepada kalian.”
(HR. Bukhari, 6987)
Hanya saja, dalam syariat kita, dibolehkan menceritakan berita Bani Israil, tanpa untuk tujuan diimani dan dibenarkan atau didustakan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sampaikanlah dariku meskipun hanya satu ayat. Sampaikan kabar dari Bani Israil, dan tidak perlu merasa berat. Siapa yang berdusta atas namaku, hendaknya dia siapkan tempatnya di neraka.”
(HR. Bukhari 3461)
Dan umumnya, kabar israiliyat ini tidak memiliki banyak manfaat penting dalam agama. Hanya sebatas cerita atau dongeng, seperti warna bulu anjing Ashabul Kahfi, siapa namanya, kisah tentang keluarga nabi-nabi masa silam, yang itu jika diketahui, tidak menambah amal kita.
Maka dalam kitab-kitab tafsir kekinian beberapa ahli tafsir sudah menghilangkan kisah-kisah israiliyat ini.
Wallahu a’lam bish-shawab

0 komentar:
Post a Comment